UCAPAN PAULUS YANG SULIT - MENUMPUKKAN BARA API





UCAPAN PAULUS YANG SULIT (11)


“MENUMPUKKAN BARA API”


Roma 12:20

Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.



Hidup Kristen - Gambaran menumpukkan bara api di atas kepala orang lain walaupun kita menyadari bahwa ini hanyalah sebuah kiasan membangkitkan konotasi yang negatif. Kedengarannya seperti pembalasan dendam atau tindakan ganti rugi.


Jelas ini bukan hasil dari kebaikan hati. Mungkinkah Paulus mengatakan bahwa melakukan kebaikan terhadap musuh kita merupakan cara tidak langsung untuk menghukum mereka?

Perkiraan-perkiraan yang negatif ini menghilang dengan cepat jika kita melihat ayat ini dalam konteks yang lebih besar (baik dalam Roma 12 maupun Amsal 25:21-22, darimana ayat ini dikutip) dan menangkap arti kiasannya dengan benar dalam situasi Timur Dekat zaman dulu.

Seluruh konteks menentang kemungkinan menafsirkan ayat di atas dalam pengertian yang negatif. Secara keseluruhan, kitab Roma 12 memulai bagian terakhir dari surat-surat di mana Paulus, berdasarkan teologi pembenaran oleh iman dan pem berian kuasa Roh Kudus dalam kehidupan Kristen, membahas beberapa implikasi praktis dari teologi ini dalam kehidupan Kristen sehari-hari.

la memulai dengan berbicara tentang perubahan hidup yang sedemikian sehingga kehendak Allah yang baik dilaksanakan di dalam dan melalui orang Kristen (ayat 1-2).


Kemudian ia melanjutkan dengan menunjukkan bahwa sebagai orang Kristen kita tidak sendirian dalam tugas ini, tetapi merupakan satu tubuh, yang melalui kasih karunia Allah diberi anugerah untuk saling menguatkan dalam pelayanan kasih bersama (ayat 3-13).

Kemudian ia memfokuskan pada eksistensi orang Kristen dalam lingkup yang lebih besar, yaitu sebuah dunia yang bagi orang-orang beriman pada jaman itu sering kali bersikap bermusuhan terhadap para pengikut Kristus (ayat 14-21).

Dalam dunia semacam itu, mudah dan wajar untuk memiliki kebencian, menyerang, dan bahkan menggunakan cara-cara kekerasan untuk melindungi diri sendiri terhadap permusuhan dan penganiayaan.

Tetapi Paulus mengetahui, atas dasar ke-Mesiasan Yesus "hamba yang menderita," bahwa kesengitan, kebencian, dan kekerasan tidak boleh menjadi jalan pengikut-pengikut Yesus di dunia ini.



Kasih Allah, yang ditunjukkan melalui kematian Yesus di kayu salib dan dilimpahkan dalam hati orang beriman (Roma 5:5), lebih kuat daripada kebencian. la telah mengalami sentuhan kasih itu dalam kehidupannya ketika ia menjadi penganiaya orang Kristen (lihat Filipi 3:4-12).

Reaksi yang seharusnya terhadap orang-orang yang menganiaya adalah memberkati, dan bukan mengutuk mereka (Roma 12:14). Kejahatan yang dilakukan terhadap kita jangan dibalas dengan kejahatan (Roma 12:17). Dalam situasi konflik, orang Kristen harus mencari perdamaian (Roma 12:18).

Jika nilai-nilai dunia ini menghendaki ganti rugi dan pembalasan dendam atas kejahatan yang dilakukan kepada kita, sebaliknya kita harus membalasnya dengan cinta kasih dan kebaikan, memberikan makanan dan minuman kepada musuh yang lapar dan haus (Roma 12:19-20).

Mengapa? Karena Allahlah yang menghakimi dan menuntut para pelaku kejahatan pada penghakiman terakhir (Roma 12:19). Jika kita membalas kejahatan dengan kebaikan yang benar-benar tidak terduga, sebenarnya kita menumpukkan "bara api" di atas kepala pelaku kejahatan itu (Roma 12:20).

Paulus membahas reaksi Kristen yang radikal terhadap kejahatan ini, dan mendesak agar kita tidak "dikalahkan oleh kejahatan," sebaliknya kita harus "mengalahkan kejahatan dengan kebaikan" (12:21 ).


Meski ada kesan "negatif". Namun wejangan ini mengajarkan sesuatu yang positif bahwa: Berbuat baik kepada musuh-musuh kita dapat membuat mereka merasa malu dan akhirnya membawa mereka kepada Allah dan keselamatan (Roma 12:20-21). Ayat 21, dalam menegaskan seluruh konteks bacaan, menunjukkan bahwa kalimat "menumpukkan bara api" harus dipahami sebagai tindakan yang baik, sebagai tindakan yang mengalahkan kejahatan dengan kebaikan."

Arti dari kalimat ini dipertegas lagi oleh konteks bacaan dalam Amsal 25:21-22, yang ditutup dengan kalimat, "Dan Tuhan akan membalas itu kepadamu." Dan dalam Perjanjian lama, ganjaran dari Allah selalu dipandang sebagai jawaban terhadap perbuatan manusia yang baik.

Analisa konteks ini menunjukkan bahwa gambaran bara api pasti memiliki arti yang posit if. Kalimat ini tidak menunjukkan dengan tepat apa artinya, dan apa yang akan terjadi dengan "menumpukkan bara api" di atas kepala musuh. Sekarang kita akan kembali pada masalah tersebut.

Roma 12:2 secara tidak langsung menyatakan bahwa gambaran "bara api" mengacu kepada "mengalahkan" kejahatan. Bagaimana kejahatan musuh dapat kita kalahkan? Pertolongan untuk menjawab pertanyaan ini berasal dari sumber-sumber internal (Alkitab) dan sumber-sumber eksternal (bukan Alkitab).

Dalam cerita tentang panggilan nabi Yesaya (Yesaya 6), kesadaran akan keadaannya yang berdosa mendapatkan jawaban pembersihan dan penyucian ilahi. Bara api diambil dari altar dan disentuhkan kepada mulutnya, dengan jaminan bahwa, "Kesalahanmu telah dihapus, dan dosamu telah diampuni" (Yesaya 6:7).


Kaitan antara bara api dengan pertobatan dan penyucian ini juga ada (walaupun secara tidak langsung) dalam gambaran Maleakhi tentang Allah "seperti api tukang pemurni logam" (Maleakhi 3:2).

Seperti api menghaluskan emas dan perak untuk memurnikannya, demikian juga Allah akan "mentahirkan orang Lewi... supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN" (Maleakhi 3:3). Maksud bacaan ini adalah bahwa dosa dan ketidaktaatan Israel harus dipisahkan melalui proses penyucian penghakiman Allah.

Sebuah kemungkinan latar belakang budaya, di luar Alkitab, mengenai hubungan antara bara api dan penyucian dosa/kejahatan dapat dilihat dalam adat Mesir kuno di mana seseorang yang menyesali kesalahannya menunjukkan penyesalan atas kesalahan tersebut dengan membawa satu piring bara api di atas kepalanya. Beberapa penafsir memandang hal ini sebagai latar belakang langsung dari Amsal yang dikutip oleh Paulus (Amsal 25:21-22).

Berdasarkan pembahasan di atas, tujuan "menumpukkan bara api" adalah: Dengan membalas kejahatan dengan kebaikan, pelaku kejahatan itu mungkin akan menyesal. Bahwa dengan berbuat baik kepada musuh-musuh kita dapat membuat mereka merasa malu dan akhirnya membawa mereka kepada Allah dan keselamatan (Roma 12:20-21).

Hasil inilah yang diharapkan. Jika seorang musuh diperlakukan dengan baik, jika kejahatan dibalas dengan kebaikan, maka kejahatan itu mungkin akan dikalahkan; lawan mungkin akan mengalami pembaruan pikiran, perubahan orientasi dari gelap kepada terang.


Sumber:




Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus yang Sulit, SAAT Malang 2019, hal. 75-78

0 Response to "UCAPAN PAULUS YANG SULIT - MENUMPUKKAN BARA API"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel