ISTRI TUNDUK ATAU MENANDUK? APA KATA ALKITAB?



Image: marriage.com


APAKAH ISTRI HARUS SELALU TUNDUK?


HIDUP KRISTEN.COM - Ketika seorang wanita dan pria menyatu di dalam nikah kudus dan menjadi sepasang suami istri, maka babak baru dalam perjalanan kehidupan mereka sedang dimulai. Ibarat kapal yang hendak berangkat yang membentangkan layar lebar-lebar untuk mengarungi samudera yang luas.



Sumpah atau janji nikah yang diikrarkan masing-masing pasangan, sudah menjadi saksi yang sangat kuat dalam kehidupan mereka. Namun apakah hubungan pernikahan antara suami dan istri selalu berjalan mulus?

Sebenarnya apa yang dikatakan Alkitab mengenai hubungan antara suami isri, dalam hal bersikap kepada masing-masing pasangan? Kita akan melihat di dalam Efesus 5:22hai istri tunduklah kepada suamimu, seperti kepada Tuhan”. 



Kemudian di dalam Kolose 3:18 disebutkan “hai istri-istri tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan” dan terdapat juga dalam tulisan rasul Petrus dalam 1 Petrus 3:1 “….hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu….

Bukanlah hal yang mudah untuk melakukan Firman Tuhan, entahkah di bagian yang lain di luar ayat-ayat yang saya paparkan di atas. 

Melakukan dan menghidupi firman Tuhan, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bisa saja anda dapat melakukannya hari ini namun besok mungkin saja anda dan saya gagal.

Demikian juga apa yang disampaikan oleh Firman Tuhan mengenai sikap istri kepada suaminya. Dari tiga ayat paralel di atas, ada sebuah kata yang menarik untuk kita bahas bersama yakni kata ‘tunduklah’. Menurut saya kata ini adalah kata kunci di setiap ayat di atas.

Dalam bahasa Yunani kata tunduk dipakai dengan istilah ‘hupotasso’ yang artinya pertama, ‘untuk mengatur di bawah’ kedua, menempatkan lebih rendah (to subordinate), ketiga, menundukkan atau menaklukkan (to subject); keempat, ditundukkan (put in subjection); kelima, menundukkan diri sendiri (to subject one' self); keenam, tunduk pada kendalli seseorang(to submit to one's control); ketujuh, menyerah pada peringatan atau nasihat seseorang (to yield to one's admonition or advice). (Sumber: Strongs My Sword)

Ketiga ayat di atas memakai istilah yang sama untuk akata tunduk yakni ‘hupotasso’. Kalau kita telusuri satu-persatu arti dari kata Yunani ini tentu anda sudah mulai memahami bahwa kata tunduk itu memiliki arti yang unik.

Saya akan berusaha mem-parafrase ayat-ayat di atas dengan menambahkan arti kata ‘hupotasso’. Paulus berkata dalam Kolose 3:8hai istri-istri tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan” Paulus dengan kata lain sedang berkata kepada istri-istri demikian “hei kalian para istri-istri tempatkanlah dirimu dengan menundukkan atau berserah diri pada kendali suamimu sebagaimana kalian menundukkan diri kalian kepada Kristus

Paulus juga seolah-olah berkata dalam Efesus 5:22 demikian hai para istri-istri “Tempatkanlah diri kalian yakni dengan menundukkan diri pada kendali suami kalian sama halnya seperti kalian melakukannya kepada Tuhan

Ada beberapa hal yang para istri perhatikan dalam hal ketundukan mereka kepada terhada para suami.




1.UKURAN KETUNDUKAN ISTRI HARUS “DI DALAM 

TUHAN”




Ketundukan istri bukan berdasarkan apa yang menurut istri baik, bukan pula apa yang menurut para istri pelajari dalam bangku sekolah, maupun pengalaman. Standar ketundukan para istri ialah ‘harus di dalam Tuhan”.

Hal ini merupakan hal yang sangat esensial, mengingat bahwa sebagai manusia tentu memiliki cara pandang sendiri yang dipengaruhi oleh banyak faktor. 

Misalnya saja pendidikan, ekonomi, pengalaman, usia, adat istiadat dan karakter masing-masing.

Memang benar bahwa setiap manusia memiliki tata krama, yang bisa jadi diperoleh semasa di bangku sekolah. Entahkah dalam perkuliahan, kursus maupun seminar-seminar, ditambah kebiasaan masing-masing suku maupun adat istiadat lokal.

Jika Paulus memerintahkan para istri di dalam Efesus 5:22untuk tunduk kepada suami mereka seperti kepada Tuhan”, maka para istri mendapat dukungan dan alasan yang kuat.

Paulus tidak memerintahkan wanita yang sudah menikah, untuk menundukka ndiri mereka kepada suami mereka di dalam cara mereka sendiri, dan di dalam apa yang menurut mereka baik.

Paulus ingin meletakkan sebuah standar yang baku untuk mendasarkan ketundukan para istri terhadap suami mereka yakni seperti kepada Tuhan.

Bahwa para sikap ketundukan dan penghargaan istri kepada suami harus dilakukan seperti melakukannya kepada Tuhan.

Paulus tahu bahwa ukuran manusia tidak bisa dipakai sebagai standar baku, karena tentu akan memiliki implikasi yang rumit dan tidak terkendali. 

Jika saja Paulus berkata kepada istri ‘hai istri tunduklah kepada suamimu, menurut apa yang kalian anggap baik’ , maka hal ini tentu menyulitkan para istri.

Jika istri sanggup dan paham, maka mereka harus tunduk. Jika istri tidak dapat atau lemah, maka mereka tidak perlu tunduk. 

Artinya mereka bisa keluar dari zona yang ditetapkan sebagai acuan untuk bertindak dalam menunjukkan ketundukan mereka sebagai istri.

Untungnya rasul Paulus yang dipimpin oleh Roh Kudus menuliskan dengan sangat cermat dan bijak bahwa dia menginginan para istri tunduk kepada suami mereka sama seperti mereka juga tunduk dan taat kepaa Tuhan.

Tidak ada alasan bagi para istri yang di dalam Tuhan untuk tidak tunduk, jika Paulus berkata demikian. Para istri tidak boleh berdalih dan memberi alasan untuk tidak melakukannya, karena mereka melakukannya demi Tuhan dan untuk Tuhan dan karena Tuhan. 



Ada alasan yang sangat kuat dan fundamental untuk mereka memberikan penghargaan yang mulia kepada para suami mereka.





2.MENGASIHI TUHAN TERLEBIH DULU SEHINGGA BISA 

TUNDUK DENGAN BENAR


Jika para istri memiliki pesan yang penting dari seorang rasul Paulus yakni pesan moral yang amat berharga untuk kelangsungan nikah rumah tangga mereka, maka para istri hendaknya memerhatikan dengan saksama.

Kata 'seperti kepada Tuhan’ seperti yang disampaikan oleh Paulus memiliki implikasi lain yakni bahwa para istri harus mengasihi Tuhan terlebih dulu, sehingga dapat menerapkan hal ini kepada para suami mereka.

Adalah hal yang sulit untuk dilakukan jika para istri tidak benar-benar sudah mengalami kasih Tuhan dalam hidupnya. 

Alasan para istri mengasihi Tuhan, tentu karena mereka juga sudah dikasihi oleh Tuhan. Artinya bahwa mereka juga sudah lahir baru yakni sudah bertobat.

Ketundukan yang Paulus inginkan adalah ketundukan atas dasar kasih kepada Tuhan. Bukan karena disuruh dan diperintah semata oleh Paulus, namun kata ‘seperti kepada Tuhan’ mengingatkan para istri untuk melihat Tuhan dan memberikan hati mereka terlebih dulu kepada Tuhan.

Para istri yang mengasihi dan memberikan seluruh hidupnya kepada Tuhanlah yang akan bisa melakukan hal ini. Ketundukan kepada suami sejalan dengan ketundukan mereka kepada Tuhan. 

Atau sebaliknya, jika merea ingin benar-benar mengasihi Tuhan, maka mereka juga harus tunduk kepada suami mereka.

Para istri yang bisa tunduk kepada Tuhan, adalah istri-istri yang mau melakukan perintah Tuhan dan menerapkannya dalam hidup mereka sehari-hari. 

Jika para istri harus mengasihi Tuhan setiap saat dan setiap hari, maka para istri juga harus melakukan demikian, yakni mengasihi suami mereka dengan cara ‘tunduk’ kepada mereka setiap saat dalam hidup mereka.

Mungkin para istri bertanya dalam hati “tidak bisakah saya sekali saja, tidak tunduk kepada suami?" Atau para istri berkata "apakah saya harus selalu tunduk kepada suami saya seumur hidup saya?” jawaban untuk kedua pertanyaan ini ialah ‘iya’.

Para istri harus senantiasa dan seumur hidup mereka tunduk kepada suami mereka, sama halnya mereka tidak bisa lepas dan jauh dari Tuhan. Melakukannya bukan sesekali, bukan pula ketika lagi ‘mood’ atau ketika lagi ‘senang’ maupun ketika hati lagi ‘bahagia’.





3. APAKAH ALLAH ADIL DENGAN BERBUAT SEPERTI INI?



Barangkali ada istri yang mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari suami mereka. Sebenarnya berita ini bukan hal baru lagi. 

Saya beberapa kali mendengar bahwa istri juga melawan dan menentang keputusan suami, bahkan melakukan hal-hal yang tak wajar sebagai istri.

Apa yang rasul Paulus sebutkan di dua suratnya di atas dan rasul Petus sebutkan bukanlah membuat para istri agar ‘menderita’ di bawah suaminya.

Paulus dan Petrus bukanlah orang bodoh dan nekat hingga mereka mengatakan hal yang ‘bukan-bukan’  atau hal yang ‘tidak masuk akal’.

Paulus sangat hati-hati menyampaikan kebenaran ini, oleh sebab itu dia berkata bahwa ‘anda para sebagai istri’ tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan. 



Segala tindakan dan pikiran si istri harus dipengaruhi oleh Tuhan. Bukan dipengaruhi prasangka buruk apalagi pihak-pihak lain yang mencoba untuk memecah hubungan ini.

Memang kadangkala ada saja pihak ketiga menyusup masuk ke tengah-tengah pernikahan hingga menggerogoti dari dalam, namun anda harus ingat bahwa Tuhan berada di pihak kalian. 



Anda harus merasa bahwa Tuhan membela para istri, karena Dia sendiri yang menginginkannya demikian.

Pertanyaan yang perlu anda jawab ialah, apakah Allah jahat? Tentu tidak! Apakah Allah tidak adil karena menyuruh anda menundukkan diri anda kepada suami? Juga bukan! Apakah Allah semena-mena dengan mengatakan hal itu? Sangat tidak mungkin!

Paulus melanjutkan tulisannya di dalam Efesus 5:24 yaitu “karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus…”  ini mengingatkan anda bahwa anda sebagai istri dan suami anda, memiliki tanggungjawab yang sama yakni sama-sama tunduk kepada Kristus. Kata ‘jemaat’ tentu di dalamnya juga adalah para suami-suami.

Ayat ke-25 adalah kabar gembira dan kabar yang boleh jadi menyejukkan para istri yakni, bahwa suami juga memiliki peran dan tanggungjawab, dan bukan saja hanya menerima perlakuan dari anda sebagai istri. Paulus juga memerintahkan para suami untuk melakukan cara yang sama (bukan tindakan praktis) yakni “mengasihi istri’.

Ukuran para suami mengasihi para istri adalah karena Kristus juga sudah mengasihi jemaat (istri dan suami) bahkan Kristus telah mati buat para istri dan juga para suami. Paulus memperlakukan istri dan suami dengan cara yang seimbang dan tidak berat sebelah.

Para suami juga memiliki tanggungjawab moral yang harus diemban seumur hidup mereka, selama istri mereka hidup, para suami harus senantiasa mengasihi istri dengan dasar kasih Tuhan.




KESIMPULAN


Tidak ada ada alasan bagi istri untuk menolak bahkan berdalih terhadap apa yang Paulus ajarkan mengenai sikap istri kepada suami yaitu ‘tunduk kepada mereka di dalam segala sesuatu, karena anda melakukannya seperti kepada Tuhan.

Demikian juga bahwa para suami pun memiliki peran dan tanggungjawab yang berat yakni mengasihi istri, atas dasar kasih dan pengorbanan Tuhan. Allah adalah Allah yang baik dan adil. Dia tidak mengingingkan kehidupan para istri untuk hancur dan berantakan.

Dia ingin membawa pernikahan anda ke level dan ke zona yang Dia sudah rancangankan dengan baik. 

Tuhan sudah menyerahkan diriNya, mati untuk para istri dan juga untuk para suami, sehingga tidaklah berlebihan jika Tuhan menghendakinya dalam hidup pasangan suami istri.

Demikian pembahasan dalam artikel ini, semoga memberikan pencerahan dan gambaran positif bagi anda dalam mengaruhi nikah dan cinta anda kepada pasangan anda, terlebih anda sebagai seorang istri. Tuhan memberkati anda. Amin.

0 Response to "ISTRI TUNDUK ATAU MENANDUK? APA KATA ALKITAB?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel