MENIKAH BEDA IMAN, INI AKIBATNYA
MENIKAH DENGAN BEDA IMAN, APA
KATA ALKITAB?
Hidup Kristen.Com - Hidup ini sangat
diwarnai yang namanya cinta. Cinta yang dibangun antar pasangan yang sudah
menjalin hubungan sekian lama hingga menjadi sebuah pasangan suami-istri adalah
hal yang menyenangkan dan membahagiakan.
Bahkan tanpa
hubungan ini, tidak ada pelipatgandaan keturunan seperti yang Allah katakan kepada Adam dan Hawa di dalam
Kitab Kejadian 1:28.
Allah bertujuan
supaya bumi benar-benar berada dalam wilayah kelola manusia dan mengatur
ciptaan yang lain. Allah menepati janji-Nya kepada manusia untuk membantu
mereka memperoleh keturunan dan memenuhi bumi ini dengan keturunan supaya
mereka dapat berkuasa dan menaklukkannya.
Namun sebagai orang
Kristen (orang beriman) ada satu pertanyaan yang perlu dijawab yaitu ‘apakah
orang Kristen boleh menikah dengan pasangan di luar Kristen?”. Sebelum
pembahasan lebih jauh, silakan lihat fakta di lapangan, bahwa memang ada
sebagian pasangan yang menikah dengan beda keyakinan.
Ketika mereka
menikah, mereka tidak mengalah untuk mengikuti agama si istri maupun si suami,
sebaliknya mereka berdua tetap menjalani agama dan keyakinan mereka
masing-masing. Lantas bagaimana hubungan yang semacam ini jika dilihat dari kaca
mata Alkitab?
1.LARANGAN ALKITAB MENGENAI “PASANGAN YANG
TIDAK SEPADAN”
Paulus di dalam
suratnya kepada jemaat Korintus memberi pemaparan yang konkret mengenai logika
iman yakni “janganlah kamu menjadi
pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya….” (2
Korintus 6:14a). sebenarnya ayat ini adalah bersifat perintah yang memuat
desakan dan sifatnya urgent. Di dalam terjemahan NET Bible disebutkan demikian “do not become partners with those who do not
believe,…”
Di dalam kamus
Strongs kata ‘tidak seimbang’ disebutkan ‘heterozugeo’ dari akar kata heteros, yang artinya berbeda dari segi
jenis. Saya akan ambil sebuah contoh untuk kata ini.
Jika anda mengenal
hutan heterogen dan hutan homogen, tentu anda akan teringat bahwa hutan homogen
adalah hutan yang ditumbuhi satu jenis pohon. Misalnya hutan pinus, maka
seluruh wilayah hutan itu dipenuhi dan ditumbuhi oleh pohon pinus.
Sedangkan kalau
hutan heterogen, misalnya di dalam satu hutan terdapat dua atau lebih jenis
pepohonan, misalnya pohon pinus dan jati atau pohon pinus, jati dan cemara. Artinya
bahwa hutan heterogen adalah hutan yang berbeda jenis, sedangkan hutan homogen
adalah hutan yang hanya ditumbuhi oleh satu jenis saja seperti yang saya
contohkan di atas.
Kembali lagi kepada
topik kata Yunani berbeda ‘heteros’
bahwa kata ini ingin menjelaskan kepada kita bahwa kata ini artinya berbeda
dari sisi jenisnya. Sedangkan akar kata ‘zugeo’ dalam kamus Strongs iala ‘zugos’ yang memiliki arti kuk (yoke).
Kuk ini adalah sebuah alat yang biasanya dipasang di leher ternak.
Di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata kuk memiliki arti ‘kayu lengkung yang dipasang di
tengkuk kerbau (lembu) untuk menarik bajak (pedati dsb) (sumber KBBI offline).
Jadi kalau kita
artikan kedua kata heteros dan zugos dalam kata ‘heterozugeo’ menjadi ‘janganlah
kalian (orang beriman) mau diikat (seperti kuk pada sapi/lembu) dengan pasangan
yang berbeda jenis (yakni orang yang tidak percaya/beriman).
Kata Yunani yang
dipakai untuk menyebutkan ‘orang-orang yang tak percaya’ adalah ‘apistos’ yang artinya ‘tidak beriman,
tidak setia, tidak bisa dipercaya, tanpa percaya kepada Tuhan’. Kata ‘apistos’
berasal dari dua kata Yunani ‘a’ yang artinya tidak, alpa dan ‘pistos’ yang
artinya iman atau percaya (Sumber:Kamus
Strongs).
Jadi penyebutan
yang dipakai oleh rasul Paulus dalam ayat ini sangat gamblang dan jelas sekali,
tidak tedeng aling-aling, langsung to the point atau tidak basa basi. Tentu
jika Paulus tahu betul bahwa mereka (orang percaya dan orang tidak percaya)
tidak boleh terikat bersama, maka pasti memiliki alasan ang logis.
2.FONDASI IMAN YANG BERBEDA
DAN TAK COCOK
Paulus menambahkan
penjelasannya kepada jemaat Korintus bahwa “sebab
persamaan apakah yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? (2
Korintus 6:14b) Paulus berusaha meyakinkan jemaat Korintus dengan bertanya
kepada mereka.
Paulus bertanya
dengan memberikan pertanyaan retorik yaitu sebuah pertanyaan yang tidak
membutuhkan jawaban (artinya pertanyaan yang sudah terjawab secara langsung).
Misalkan anda
sebagai orang tua, marah kepada anak laki-laki anada yang sudah ketahuan
merokok berulang-ulang kali dan kemudian anda bertanya “vitamin dan gizi apakah yang kamu dapatkan di dalam sebatang rokok itu?”
Inilah yang dinamakan pertanyaan retorik (retoris) sebuah pertanyaan yang tidak
memerlukan jawaban. Pertanyaan ini hanya membutuhkan logika dan kesadaran yang
baik.
Paulus berkata
bahwa tidak ada persamaan di antara ‘kebenaran’ dan ‘kedurhakaan’ di dalam
terjemahan lain kedua kata ini disebutkan ‘righteousness
dan lawlessness’ yaitu kebenaran dan
pelanggaran hukum. Paulus melihat bahwa orang-orang yang melanggar hukum sama
saja dengan orang durhaka.
Tidak ada sebutan
anak durhaka jika dia tidak melanggar sesuatu yang sangat penting atau anak
tersebut selalu melanggar aturan dan hukum. Di dalam Bahasa asli Yunani kata
durhaka dipakai kata ‘anomia’ dari kata ‘a’ dan ‘nomos’ yaitu artinya menjadi ‘tanpa
hukum’.
Paulus ingin membentangkan
kepada jemaat Korintus kebenaran yang hakiki mengenai status dan keberadaan
oang percaya yang sangat dekat dengan kebenaran (Yunani : dikaiosune”. Paulus sebagai pemberita Injil Allah sangat tahu betul
dan sadar bahwa tidak ada ‘kemitraan/fellowship’ antara kebenaran dengan
kedurhakaan, kedaunya sangat berbeda.
Paulus menjelaskan
dengan memakai kata ‘persamaan apakah….’ Kata persamaan di dalam Bahasa Yunani
dipakai dengan istilah ‘metecho’ yang
artinya ‘untuk menjadi atau mengambil bagian. Jadi kata yang dipakai persamaan
sama halnya dengan ‘persekutuan’ atau ‘kemitraan’.
Paulus ingin
mendesak sekaligus menyadarkan bahwa tidak ada untung apa-apa yang diperoleh
ketika melakukan ‘kemitraan’ dengan kedurhakaan, kita tidak memperoleh apa-apa
dan mengambil apa-apa yang berguna, bagi kita sebagai orang percaya’ jika kita
bermitra dan menjadi partner (pasangan) dengan mereka (orang yang tidak
percaya).
Paulus tidak hanya
berhenti dengan pertanyaan retoris yang satu ini namun dia melanjutkan lagi ‘atau
bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?’ (2 Korintus 6:14c). lagi-lagi
ini adalah pertanyaan retoris yang tidak membutuhkan jawaban karena jawabannya
adalah di pertanyaan tersebut.
Paulus ingin
berkata bahwa ‘tidak mungkin terang dan gelap bersatu’. Ini bukanlah asumsi
ataupun opini Paulus namun ini adalah fakta yang bisa diterima dengan akal
sehat dan alami oleh setiap orang.
Namun, mengepa toh,
banyak orang yang melanggarnya? Jawabannya sangat sederhana, karena Paulus
tidak bisa memaksa orang lain, termasuk anda dan saya.
Kita hanya perlu
melihat posisi kita sebagai orang beriman, dan tetap hidup dalam kebenaran dan
terang Allah, dengan demikian kita bisa melakukan apa yang dikatakan Paulus
yaitu tidak bermitra dengan kedurhakaan dan tidak menjadi satu dengan apa yang
namanya kegelapan.
Saya tidak ingin
memperdalam pembahasan saya dengan memberikan eksposisi ayat 15 dan 16, namun
apa yang Paulus hendak sampaikan hanya bermuara kepada satu tujuan yaitu supaya
orang percaya tetap berjaga-jaga dan tetap memiliki persekutuan dengan Kristus.
3. MENIMBULKAN MASALAH DAN
PERSOALAN YANG RIBET
Paulus sudah
menyampaikan kebenaran kepada jemaat Korintus tentang orang jatidiri orang
percaya dan orang yang tidak percaya. Paulus tidak lembek dalam persoalan ini,
karena dia tahu bahwa orang-orang percaya sudah ditebus dan harus
mempersembahkan hidupnya kepada Allah (Roma 12:1-2).
Dengan demikian
mereka harus berbeda baik dari pola hidup dan apa yang mereka libatkan dalam
hidup mereka sehari-hari. Paulus tahu bahwa kisah Perjanjian Lama di mana
raja-raja Yehuda dan Israel yang jauh dalam penyembahan berhala.
Bahkan ada yang
mempersembahkan anaknya kepada berhala (2 Raja-raja 16:3; 17:17; 21;6; 23:10).
Sehingga bayangan antara perbedaan persembahan kepada Tuhan dan kepada berhala
sangat berbeda jauh.
Paulus pasti juga
tahu bahwa dengan bersekutu dengan wanita yang tidak mengenal Allah bisa
menjerumuskan seseorang kepada ilah lain. Salah satu syarat raja Israel yang
difirmankan Tuhan ialah bahwa seorang raja tidak boleh memiliki banyak istri
(Ulangan 17:17).
Allah ingin
mengingatkan para raja supaya hati mereka tidak menyimpang. Bahan Salomo
memiliki istri yang sangat banyak dan melanggar ketetapan Tuhan (2 Tawarikh
1:15; 9:27; 1 Raja-raja 10:14-22, 27; 11:1-8).
Allah tahu bahwa
seorang pria bisa lemah kepada istri, jika dibujuk dan dirayu untuk melakukan
sesuatu yang dilarang oleh Tuhan. Allah tahu betul hati manusia itu sangat
rapuh.
Memang benar bahwa
sebagian orang menikah (bermitra) dengan wanita maupun pria yang beda iman
(beda agama) dengan demikian si laki-laki mengalah atau si wanita mengalah dan
akhirnya mualaf atau pindah agama. Jadi awalnya cinta dan kemudian pindah agama
yang membuat dia selamanya tidak kembali kepada jalan yang benar.
Namun anda jangan
salah, bahwa menikah dengan beda agama tidak selamanya baik. Menikah dengan
satu agama bisa melahirkan banyak persoalan dan masalah, apalagi beda agama. Menyatukan
iman yang berbeda adalah bagaikan menyatukan antara minyak dengan air, yang
sudah dapat dipastikan bahwa keduanya tidak akan pernah menyatu.
Bertahan dengan
pilihan akan membuat celah semakin membesar dan bisa melukai pernikahan
tersebut. Menyerah kepada agama pasangan sama saja dengan meninggalkan jalan
kebenaran.
Jadi solusi yang
terbaik adalah bahwa kita harus mencarui pasangan yang sepadan. Sepadan yang
dimaksud bukan soal materi atau fisik, namun sepadan dalam hal iman dan
kepercayaan.
Menikah dengan beda
umur tidak akan menjadi persoalan. Menikah dengan pasangan yang berbeda
pekerjaan dan penghasilan juga tidak merupakan sebuah masalah yang begitu
hebat. Namun menikah dengan beda iman (keyakinan) adalah sebuah masalah yang
serius dan fatal.
Tidak heran jika
ada keluarga yang hancur dan berantakan, bahkan anak-anak pun jadi kena
imbasnya. Harusnya anak-anak dapat dibawa kepada Tuhan, namun justru sebaliknya
mereka jauh darI Tuhan. Semestinya bisa ibadah dan menyembah Tuhan sama-sama,
namun akhirnya beribadah sendiri-sendiri.
Tentu pemandangan semacam
ini tidak elok dan tidak baik. Paulus mendesak kita sebagai orang percaya untuk
mengawali hubungan dengan baik dan menjalin hubungan dengan baik.
KESIMPULAN
Sebelum terlambat
maka anda harus benar-benar bergumul masak-masak jika anda sudah terlibat
menjalin hubungan dengan beda iman (keyakinan). Jika memang sudah terlanjur
pacaran, maka ada baiknya segera mengakhirinya demi kebaikan dia dan demi kebaikan
anda.
Karena hubungan
tersebut melukai kedua belah pihak. Kemudian anda harus mencari pasangan yang
menurut anda cocok dengan anda, dan dapat menuntun anda kepada Kristus atau
setidaknya anda dapat bersekutu bersama-sama kepada Allah.
Alhasil, keturunan
anda pun tidak berada dalam zona berbahaya antara memilih si ibu atau si ayah
namun mereka dengan tenang dan damai meneladani iman anda berdua sebagai ayah
dan ibu mereka.
Paulus ingin jemaat Korintus memiliki relasi yang sehat, demikian juga Tuhan menginginkan kita memiliki persekutuan (relasi) yang sehat dan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
Sekian artikel ini,
semoga bermanfaat bagi anda, terutuama bagi anda anak-anak muda atau anda yang
ingin menjalin hubungan dan sudah terlanjur menjalin hubungan. Tuhan Yesus
Memberkati.
0 Response to "MENIKAH BEDA IMAN, INI AKIBATNYA"
Post a Comment