UCAPAN SULIT PL - BILA TIDAK ADA WAHYU, MENJADI LIARLAH RAKYAT
Image: El Universal |
UCAPAN SULIT DALAM
PERJANJIAN LAMA 51
“BILA TIDAK
ADA WAHYU, MENJADI LIARLAH RAKYAT”
Amsal 29:18
“Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat.
Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.”
Selama bertahun-tahun amsal ini telah disalahtafsirkan, mungkin karena
Alkitab King James Version menerjemahkannya demikian: "Bila tidak ada penglihatan, menjadi liarlah
rakyat."
Orang bisa menarik kesimpulan dari terjemahan itu bahwa kelompok-kelompok
yang bijak pasti memiliki rencana lima tahun, sepuluh tahun, atau dua puluh
tahun untuk masa depan jika mereka tidak ingin sirna sebagai suatu organisasi.
Dan banyak yang telah mengambil arti itu dari teks ini.
Namun, istilah penglihatan tidak berbicara tentang kemampuan seseorang
untuk merumuskan sasaran-sasaran dan rencana-rencana di masa mendatang.
Sebaliknya, kata itu merupakan sinonim untuk istilah nubuat itu sendiri. Kata itu adalah yang dilakukan oleh seorang nabi. Kata itu berarti penglihatan nubuat, penyataan yang datang sebagai Firman Allah.
Sebaliknya, kata itu merupakan sinonim untuk istilah nubuat itu sendiri. Kata itu adalah yang dilakukan oleh seorang nabi. Kata itu berarti penglihatan nubuat, penyataan yang datang sebagai Firman Allah.
Israel merasakan berkali-kali tatkala perkataan nubuat itu bungkam.
Ketika Samuel masih muda, "Pada masa
itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering" (1
Samuel 3:1).
Karena Israel selalu menolak firman tersebut, Allah
mengirimkan bencana kelaparan di bumi; harap Anda ketahui, bukan kelaparan akan
makanan dan minuman, melainkan suatu bencana yang lebih berbahaya, yaitu
bencana kelaparan akan Firman Allah (Amos 8:12, lihat juga 2 Tawarikh
15:3; Mazmur 74:9).
Di samping penglihatan, istilah penting kedua yang telah disalahmengerti
dalam ayat ini adalah istilah liar. Ini bukan membicarakan kehancuran
gereja-gereja bersama komisi-komisi perencana yang tidak aktif (suatu fakta
yang mungkin benar dengan alasan-alasan selain yang dinyatakan di sini dalam
teks ini).
Bukan pula berarti menjadi liarnya bangsa-bangsa lain yang tidak
terinjili yang akan mati dalam dosa mereka jika mereka tak segera dicapai
seseorang (suatu fakta yang juga benar pada alasan yang lain).
Istilah yang diterjemahkan dalam Alkitab King James Version sebagai
"liar" memiliki latar
belakang yang sangat mengesankan.' Istilah itu berarti "membuang segala kekang". Istilah
ini memperingatkan dengan jelas bahwa di mana firman Allah itu diam sehingga
tak lagi mengomentari situasi tempat itu, maka akibatnya adalah menakutkan.
Rakyat menjadi tak bisa diperintah pada saat mereka menyingkirkan segala
yang pantas dan sopan demi hasrat murahan yang mereka ingini menurut selera
mereka sendiri.
Gambaran terbaik tentang bagaimana hal ini terjadi bisa ditemukan dalam Keluaran
32:25. Ketika Musa tidak hadir selama hanya empat puluh hari saja di Gunung
Sinai untuk menerima Hukum Allah, bangsa itu mulai takut bahwa ia takkan pernah
kembali.
Tanpa petunjuk kata-kata nubuat, bangsa itu mulai ke luar dari kendali.
Mereka membuang semua kekang dan mulai menari-nari di sekeliling satu anak
lembu emas yang baru dibuat. Mereka makan dan minum dan memanjakan diri dalam
imoralitas yang tidak terbatas, nyata-nyata mengenang kembali apa yang pernah
mereka lihat di Mesir.
Tanpa diumumkannya Firman Allah, menurut pengajaran teks ini, manusia
akan menjadi tak terkendali, berbuat cabul tanpa aturan dan bebas dalam sikap
hidup mereka. Kata kerjanya berarti "membuat
lepas", yaitu "membiarkan
rambut terurai", baik secara harfiah maupun secara kiasan (lihat juga
Imamat 13:45; Bilangan 5:18; dan mungkin Hakim 5:2).
Di pihak lain, lanjut amsal kita, "Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum." Jadi, di satu
pihak, manusia berada dalam posisi yang tak bisa dipertahankan ketika suara
pemberita berhenti, sebab mereka mejadi liar dan tak ada apa-apa lagi untuk
mengekang mereka.
Namun, di pihak lain, mereka bisa benar-benar berbahagia hanya jika mereka mempunyai nasib baik untuk memiliki Firman Allah dan kemudian menempatkan diri mereka sendiri di bawah ketaatan dan pelaksanaan firman tersebut.
Namun, di pihak lain, mereka bisa benar-benar berbahagia hanya jika mereka mempunyai nasib baik untuk memiliki Firman Allah dan kemudian menempatkan diri mereka sendiri di bawah ketaatan dan pelaksanaan firman tersebut.
Sumber :
“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama” Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015,
halaman 182-185
0 Response to "UCAPAN SULIT PL - BILA TIDAK ADA WAHYU, MENJADI LIARLAH RAKYAT"
Post a Comment