UCAPAN SULIT PL - TAK ADA YANG LEBIH BAIK BAGI MANUSIA DARIPADA MAKAN DAN MINUM DAN BERSENANG-SENANG
![]() |
image : healthline.com |
UCAPAN SULIT DALAM
PERJANJIAN LAMA 52
“TAK ADA YANG
LEBIH BAIK BAGI MANUSIA DARIPADA MAKAN DAN MINUM DAN BERSENANG-SENANG”
Pengkhotbah 2:24-46
“Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada
makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa
ini pun dari tangan Allah. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di
luar Dia? Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat,
pengetahuan dan kesukaan, tetapi orang berdosa ditugaskan-Nya untuk menghimpun
dan menimbun sesuatu yang kemudian harus diberikannya kepada orang yang dikenan
Allah. Ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.”
Lebih sering penulis Pengkhotbah dipersalahkan. Misalnya, dalam teks di
hadapan kita ini, bukan tidak lazim mendengar teriakan-teriakan yang menuduh
penulis dengan epikureanisme, yaitu, filsafat yang menganjurkan kita untuk
makan dan minum dan bersenang-senang sebab kita hanya hidup satu kali dan
kemudian kita mati!
Namun tuduhan ini salah dalam beberapa hal. Karena pertama, teks ini
belum diterjemahkan dengan benar. Dan kedua, teks ini keliru dalam hal bahwa
kematian bukan merupakan lanjutan akibat dari makan dan minum.
Sebaliknya, teks ini menegaskan bahwa pengalaman duniawi seperti makan
dan minum ini pun merupakan karunia dari tangan Allah yang Maha-pengasih.
Namun marilah kita mulai dengan masalah terjemahan. Kalau diterjemahkan
secara harfiah, maka teks ini menegaskan, "Tak ada kebaikan dalam diri manusia bahwa ia [pria atau wanita] harus
bisa makan, minum atau merasa puas karena pekerjaannya [pria atau wanita]. Saya
menyadari, bahwa hal ini pun berasal dari tangan [atau 'kuasa'] Allah."
Terjemahan ini menghindari bagian kalimat tak ada yang lebih baik.
Sekalipun bentuk perbandingan seperti itu ada dalam rumusan yang agak serupa
dalam Pengkhotbah 3:12 dan 8:15, perbandingan itu tidak muncul
dalam konteks ini.
Para sarjana secara keseluruhan menduga bahwa istilah untuk lebih baik
telah keluar dari konteks ini, namun tak ada bukti yang mendukung dugaan ini.
Lagipula, tentang hal ini penulis tidak sedang membicarakan bahwa tak ada
pilihan lain bagi umat manusia selain mencoba dengan tenang menikmati masakini.
Ini sesungguhnya merupakan filsafat hidup yang hedonistis dan
materialistis yang secara efektif memutuskan Allah dari setiap macam
pertimbangan.
Maksud dari pengkhotbah bukanlah keputusasaan, "Tak ada yang tersisa bagi kita untuk dilakukan selain pada dasarnya
tindakan jasmani memuaskan secara lahiriah dan berusaha memperoleh sebanyak
mungkin kesenangan dari hidup."
Sebaliknya, maksudnya adalah bahwa apapun yang baik atau berharga harus
ditemukan, nilainya tak bisa ditentukan hanya dengan menjadi bagian dari umat
manusia.
Kita sebagai makhluk yang fana haruslah menyadari bahwa jika kita harus
mencapai kepuasan dan. kesenangan dari apapun dalam hidup, bahkan hal-hal yang
bermoral rendah dan duniawi seperti makan dan minum, maka kita harus menyadari
bahwa segalanya ini berasal dari tangan Allah.
Sumber kesenangan, sukacita dan kebaikan tidak menetap dalam diri manusia
seperti yang oleh paham humanisme dan idealisme ingin kita mempercayainya
demikian.
Ayat
25 lebih teguh pada
hal ini. Siapa yang sanggup menemukan kesukaan apapun kalau mereka tidak
terlebih dahulu menemukan Allah yang hidup yang adalah satu-satunya sumber yang
benar dari segala kesukaan, kepuasan dan kesenangan? Teks ini meyakinkan kita
bahwa "tanpa Dia" kepuasan
seperti itu merupakan pencarian yang sia-sia.
Dasar penyaluran kesukaan ini disampaikan dengan cermat dalam ayat 26:
yaitu hal memperkenan Allah terlebih dahulu. Kebalikan dari memperkenan Allah
adalah "orang yang terus menerus
hidup dalam dosa".
Kontras yang sama antara memperkenan Allah dengan tetap menjadi orang
berdosa ini ditemukan dalam Pengkhotbah 7:26 dan 8:12-13. Atau,
cara lain untuk menyatakan orang yang terus-menerus memilih dosa adalah"
orang yang tidak takut akan Allah".
Panggilan untuk menyenangkan hati Allah semacam itu merupakan dasar untuk
menyadari sukacita, kesenangan dan kepuasan, bukanlah, sebagaimana yang
dinyatakan sebagian orang, suatu catatan terlalu indah untuk kitab yang
pesimistik seperti itu.
Kebenaran dari hal ini adalah sudah terlalu banyak yang tidak melihat
catatan positif yang berakar secara mendalam di bagian-bagian yang diulangi
dalam Kitab Pengkhotbah.
Allah akan memberikan tiga karunia kepada mereka yang menyenangkan
diri-Nya: hikmat, pengetahuan, dan sukacita. Namun kepada orang berdosa yang
bersikeras berusaha mengubah dunia Allah, juga ada suatu hasil, yaitu "usaha menjaring angin".
Keterangan atas "menjaring
angin" adalah kegiatan yang gagal yang dikerjakan orang berdosa siang
dan malam untuk menumpuk barang yang pada akhirnya diketahuinya bahwa ia harus,
dan pada kenyataannya memang demikian, memberikan barang-barang itu kepada diri
orang yang menyenangkan hati Allah.
Kalau saja orang berdosa mau datang untuk mengenal Allah dan
menyenangkan-Nya, maka ia juga akan menerima kemampuan untuk menemukan sukacita
dalam segala kehidupan sama seperti yang telah ditemukan orang yang takut akan
Allah.
Sumber :
“Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama” Walter C Kaiser, Jr. LITERATUR SAAT, 2015,
halaman 186- 187
0 Response to "UCAPAN SULIT PL - TAK ADA YANG LEBIH BAIK BAGI MANUSIA DARIPADA MAKAN DAN MINUM DAN BERSENANG-SENANG"
Post a Comment