Manusia Bukan Tuhan, Yang Tak Bisa Salah Dan Keliru


Image: wallpapercave.com


Pernah satu atau dua kali saya mendengar dari orang-orang yang melakukan kesalahan kepada orang lain, dan berkata, “Maafkan saya, saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya berjanji tidak akan melakukannya lagi.

Pertanyaan yang perlu dijawab ialah, apakah orang yang bersalah itu tidak akan pernah melakukan kesalahan lagi atau apakah dia tidak akan pernah melakukan hal yang sama lagi?

Seringkali orang yang mendengar ucapan ini pun, merasa nyaman dan tenang, karena merasa mereka yang melakukan kesalahan sudah insaf dan menyadari tindakannya yang keliru, dan tidak akan mengulanginya lagi.

Benarkan bahwa kita tidak akan pernah melakukannya? Benarkah bahwa kita tidak akan pernah keliru dan salah lagi? Faktanya orang-orang-orang yang mendengar ucapan tersebut, dan menerima perlakukan yang sama lagi, akan lebih kecewa dan jengkel dua kali lipat dari sebelumnya.

Tidak terkecuali antara suami dan istri. Hal ini pun bisa terjadi. Sebenarnya tindakan ini kurang tepat dan bijak, mengapa? Kita sebagai manusia biasa, adalah tempatnya bisa salah dan keliru.

Tidak melakukan hal yang sama, adalah keinginan dan kerinduan kita bersama. Namun, perlu kita ingat bahwa, kita adalah manusia biasa yang sangat berpotensi untuk bisa khilaf, lupa, salah, keliru, berdosa dan sebagainya.

Akan sangat fatal dan lebih parah lagi, kalau kita berjanji dan pasangan kita ataupun teman kita justru menemukan fakta yang bertolak belakang dengan ucapan kita.

Lantas, bagaimana dong tindakan kita, kalau kita salah terhadap orang lain? Pertama, Anda tidak perlu berkata “maafkan saya, dan saya tidak akan mengulanginya lagi, saya janji demi Tuhan, saya akan berubah dan bertobat

Hentikanlah semua ucapan-ucapan yang memastikan dan menggaransi, bahwa anda benar-benar tidak akan melakukan hal tersebut.

Pertanyaannya adalah, bagaimana jika besok atau dua hari lagi atau seminggu lagi, atau sebuolan lagi, atau setahun lagi, anda melakukan hal yang sama dan lebih buruk dan lebih gila lagi dari sebelumnya?

Tentu, tindakan anda akan memperparah keadaan kedua belah pihak, baik pasangan dan rekan (orang kepercayaan anda). 

Kedua, Anda cukup berkata, “maafkan saya, saya salah dan keliru atau khilaf, tolong ingatkan saya, tolong bantu saya untuk bisa bangkit kembali

Jawaban yang kedua ini adalah, jauh lebih baik dan lebih gentleman ketimbang, anda bersikap dramatis. Jujur bahwa anda keliru dan khilaf, itu jauh lebih menenangkan orang lain.

Namun optimis dan percaya diri tanpa berpikir panjang, bahwa kita tidak akan berbuat hal yang sama lagi, akan menambah daftar kekurangan dan kekeliruan kita.

Ketiga, penting untuk diingat bahwa, “saling mengaku dengan jujur bahwa kita salah dan melakukan sesuatu yang keliru dan berjanji untuk saling memafkan” .

Dalam hal inilah kita bisa berjanji kepada diri kita sendiri dan orang lain, bahwa jika ada kesalahan kedua, ketiga, keempat  bahkan puluhan atau ratusan kali oleh pasangan kita, kita berjanji untuk selalu membuka pintu maaf.

Berjanjilah dan pastikanlah dirimu, untuk selalu memberi maaf kepada orang lain, yang berbuat salah kepadamu. Jika dia berkata “maafkan saya, saya berjanji bla..bla..bla...” arahkanlah dia, untuk tidak berkata demikian, karena anda pun bisa salah juga.



Walau, ini sulit, namun ini jauh lebih baik dan bisa saling menolong dan memiliki peran dan tanggungjawab masing-masing-masing sebagai manusia yang bisa salah dan keliru, dan bisa khilaf, bahkan bisa melakukan kesalahan yang sama dua atau tiga kali, bahkan lebih.

Ada satu kalimat yang penting yang berkata “karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan....” (Yakobus 5:16).

Bahkan Paulus pun berkata kepada jemaat di Galatia untuk bersikap kepada orang yang berbuat kesalahan, supaya bertolong-tolongan menanggung beban.

Lebih jauh, Paulus berkata “kita yang rohani, harus memimpin orang yang berbuat salah, ke jalan yang benar dan roh lemah lembut dan sambil menjaga diri kita” (Galatia 6:1-2).

Manusia bukan Tuhan, manusia adalah manusia yang bisa salah dan berbuat kekeliruan, maka sudah sepantasnya kita saling menolong, untuk memperbaiki keadaan dan bukan untuk memperkeruh situasi yang ada. Amin. Tuhan memberkati.

0 Response to "Manusia Bukan Tuhan, Yang Tak Bisa Salah Dan Keliru"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel