Melayani Bukanlah Hanya Karena Kita Punya Waktu
Sebagai
orang Kristen, tentu kita harus terlibat dalam pelayanan, entahkah itu di dalam
Gereja, di sekolah, di masyarakat dan di tempat-tempat lain yang dapat
memuliakan nama Tuhan.
Terkadang
ketika kita terlibat dalam pelayanan, bisa saja Tuhan menambahkan pelayanan
yang lain yang jauh lebih besar dan luas. Di dalam pelayanan bisa saja kita
harus menempa kemampuan dan talenta kita untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kita.
Misalkan
jika seseorang melayani sebagai seorang Pendeta (Gembala) di dalam sebuah
Gereja, bisa saja dia menempuh Pendidikan sekolah teologi S1 maupun S2 bahkan
hingga ke jenjang Doktor (S3).
Semua itu
hanya memiliki satu tujuan yakni supaya dalam menjalankan tugas dan
tangungjawab dalam pelayanan, bisa lebih maksimal, berbobot, bernilai,
berdampak dan memberkati banyak orang dengan lebih baik dan lebih mantap.
Namun
bagaimana spirit pelayanan yang
sebenarnya yang harus dimiliki oleh setiap orang Kristen yang berkata bahwa “aku mengasihi Tuhan” di dalam hidupnya?
Bagaimanakah
seharusnya seseorang dalam meluangkan waktunya bagi Tuhan atau singkatnya
bagaimanakah cara dia mengatur waktunya dalam melayani Dia?
Apakah yang
terjadi, jika kita melayani Tuhan, disaat kita memiliki waktu saja? Apakah kita
masih dapat disebut sebagai pelayan Tuhan yang baik dan setia?
Untuk menjawab
ini, maka kita perlu mendefiniskan spirit
pelayan Tuhan yang baik. Menurut saya spirit
seorang pelayan Tuhan yang baik adalah, dia yang selalu punya waktu untuk
Tuhan.
Seorang
pelayan yang baik juga, berarti orang yang mendedikasikan hidupnya bagi Tuhan. Ini
bukan berarti bahwa seseorang harus menjadi Pendeta atau Pelayan Full Time di
Gereja.
Apapun profesi
kita, tentu kita bisa melayani Tuhan di manapun dan kapan pun. Justru keliru
jika kita berpikir bahwa untuk menjadi pelayan Tuhan yang benar-benar mengasihi
Dia, maka kita harus jadi Pendeta dan menjadi seorang aktivis Gereja maupun
Guru Kristen di sebuah sekolah.
Menjadi
pelayan Tuhan, bukan soal jabatan apa yang kita miliki. Kendaitpun hal tersebut
juga adalah sesuatu yang penting, namun spirit
yang kita miliki dalam melayani jauh lebih penting.
Buat apa menjadi
menjadi rohaniwan (Pendeta, Full timer, Guru dan sebagainya) namun kita tidak
memiliki spirit pelayanan yang bagus
dan teruji kepadaNya?
Namun
akan sangat baik jika kita memiliki spirit pelayanan yang andal, kendatipun
kita adalah seorang yang bekerja di sebuah kantor, seorang mahasiswa, seorang
pengusaha dan seorang ibu rumah tangga dan sebagainya.
Melayani Tuhan
bukan saja di ketika seseorang berdiri di mimbar, bukan pula ketika seseorang
memainkan salah satu alat music, dan juga bukan ketika seseorang memberi
sesuatu kepada orang miskin dan orang yang tidak mampu.
Pelayanan
itu sangat luas. Anda bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, dan disiplin pun
adalah salah satu wujud pelayanan praktis kepada Tuhan.
Pelayanan
tidaklah sekadar beraktivitas di dalam sebuah gedung gereja dengan segala jenis
pelayanan yang ada di dalamnya.
Pelayanan
kepada Tuhan adalah bagaimana memberikan seluruh hidup ini dan mendedikasikan
hidup segenap hidup kepada Dia.
Paulus
merasa Kristus sudah hidup di dalam dirinya, sehingga hidup yang dia miliki
adalah hidup karena anugerah semata. (Galatia 2:20).
Paulus
sadar bahwa bukan lagi dia yang menghidupi dirinya, namun hidup Kristus yang
benar-benar nyata dan hidup di dalam dirinya.
Dengan lantang
dan yakin dia pun memercayai bahwa kematian pun adalah merupakan keuntungan dan
bukan sebuah malapetaka bagi Dia (Filipi 1:21).
Paulus
adalah salah satu contoh bagi kita, tentang profil pelayan Tuhan yang
menjadikan Tuhan sebagai orang yang layak dilayani dan mendapatkan pujian dan
penyembahan dari kita.
Paulus
merasa bahwa melayani Tuhan adalah sebuah kehormatan, dan bukan hal yang
memalukan. Bagi Paulus, melayani Kristus adalah sebuah kebanggaan dan bukan
sebuah penodaan.
Spirit pelayan Tuhan apakah yang kita miliki di dalam
melayani kita? Apakah kita sungguh-sungguh melayani Dia, kalau saja kita punya
waktu yang banyak?
Apakah setelah
kita memiliki pekerjaan yagn bagus, kemudian kita akan setia dan
sungguh-sungguh melayani Dia? Apakah ketika hidup kita sejahtera dan sentosa,
maka barulah kita datang dengan seluruh hidup kita padaNya?
Bagaimana
kalau di saat sudah pun kita tetap melayani Dia? Bagaimana seandainya, jika
kita walupun masih punya banyak persoalan, kita tetap bisa melayani Dia?
Bagaimana
kalau ketika kita sakit pun, kita masih dalam kondisi memberikan hidup dan hati
kita kepada Tuhan? Bagaimana jikalaupun dengan segala kondisi hidup yang serba
pas-pasan dan masih dalam kekurangan, namun kita tetap bisa melayani Dia?
Melayani Tuhan,
bukan ketika kita suka dan mau, melayani Tuhan bukan ketika kita senang dan
bahagia, dan sebaliknya, ketika ada gangguan dalam hidup kita, pelayanan kita
pun terkendala dan kita pun berhenti melayani Dia.
Bagaimana
jika Dia berhenti melayani kita? Bagaimana jika seandainya Tuhan, tidak menjaga
dan melindungi kita? Bagaimana jika Dia menghentikan berkat-berkatNya kepada
kita?
Bagaimana
jika Dia tidak mengawasi dan memproteksi kita terhadap yang jahat? Apakah kita
bisa menerima segala kondisi ini? Apakah kita sanggup berjalan tanpa Tuhan?
Musa pun
pernah mengakui bahwa, dia tidak mau berjalan maju, jika Tuhan tidak
benar-benar menyertainya dalam perjalalannya (Keluaran 33:15-16).
Memang
kita melayani Tuhan, bukan supaya kita mendaptkan sejumlah jaminan dan
pemberian untuk kita. Kita melayani Tuhan, karena Dia sudah terlebih dahulu
melayani kita dan menyerahkan nyawaNya bagi kita (1 Yohanes 4:19)
Bagaimana
mungkin kita, hanya memberikan separuh hidup kita padaNya dan separuh lagi bagi
dunia? Bagaimana mungkin kita mempersembahkan waktu kita padaNya, hanya di saat
kita punya waktu dan hanya di saat kita mau, apalagi disaat kita punya niat
padaNya?
Bukankah hidup
ini adalah milikNya? Bukankah tubuh ini adalah juga milikNya (1 Korintus 3:16;
6-19-20). Jika segala yang kita punyai adalah milik Dia, dan berasal dari Dia,
berlebihankah, jika kita juga berserah dan benar-benar menyerahkan hidup kita
padaNya?
Memang
adalah sebuah pergumulan dan usaha, bahkan niat serta membutuhkan perjuangan,
untuk kita bisa memberikan waktu bagi Dia.
Tidak mudah
namun juga tidak mustahil. Sulit namun bagi Dia tidak ada yang mustahil. Asal ada
kerinduan dan hasrat yang mendalam, maka hal tersebut adalah modal yang kuat
dan penting bagi kita.
Milikilah spirit pelayan Tuhan yang baik dan benar, bahwa kita bisa melayani Dia lebih
baik lagi dan mempersembahkan hidup kita padaNya bukan saat kita bisa dan
mampu, namun saat kritis dan krisis pun, nama Tuhan dapat dipermuliakan,
melalui kita. Amin. Tuhan memberkati.
0 Response to "Melayani Bukanlah Hanya Karena Kita Punya Waktu"
Post a Comment