Generasi Stroberi Adalah Generasi Yang Gampang Menyerah & Lembek?

 

Image: pexels.com/jep-gambardella

 

Apa sih Generasi Stroberi itu? Mengapa tidak disebut generasi pisang dan buah lainnya? Ini hanya menunjukkan generasi yang mudah menyerah. Bukan berarti setiap anak itu disebut Generasi Stroberi.

 

Dalam buku Profesor Rhenald Kasali berkata Generasi Stroberi ini adalah generasi yang punya banyak ide cemerlang dan mereka kreatif. 


Namun sayangnya mereka mudah menyerah, mudah mengeluh, mudah baperan (merasa tersakiti), egois (memikirkan diri sendiri).

 

Namun sisi positif Generasi Stroberi ini adalah mereka adalah orang-orang yang melek terknologi, beradaptasi dengan mudah terhadap perkembangan teknologi.


Mereka juga lebih berani mengeskpresikan pendapat, yang mana hal in nanti berguna dalam dunia kerja.

 

Namun tentu orang tua tidak mau anak mereka bertumbuh menjadi orang yang manja, lembek, kurang berjuang, egois, yang merasa diri paling benar.

 

Lantas, apakah yang harus orang tua lakukan? Orang tua perlu mendidik anak-anak mereka supaya tidak menjadi Generasi Stroberi.

 

 

Beberapa yang orang tua bisa lakukan di antaranya:

 

Pertama, hindari menjadi orang tua yang memanjakan anak, yang memberi apa saja yang mereka mau. Anak yang dibesarkan dengan manja, yang kemaunnya selalu dituruti, menuntut orang lain untuk melayani dia, mengerti situasinya.

 

Anak yang memanjakan anaknya, dan semisal dia tidak mendapatkan apa yang dia mau, dia tidak dapat nilai yang dia mau, tidak mendapat barang yang dia mau dia menjadi orang yang mudah sekali untuk mengeluh. Dia mudah untuk putus asa, frustasi, ngambek, dan marah-marah  

 

Kedua, hindari menjadi orang tua yang overprotektif. Orang tua yang overprotektif ini ialah mereka peduli secara berlebihan terhadap anaknya. 


Semisal anaknya tidak boleh mengalami lecet, jangan sampai anaknya tidak nyaman, atau sampai mengalami penolakan dan kegagalan.

 

Orang tua yang overprotektif ini, bisa saja mengambil alih untuk mengerjakan PR yaitu tugas sekolah anak demi dapat nilai bagus. Semisal orang tua pisah dari anaknya (ada kegiatan sekolah).

 

Orang tua bisa mengecek keadaan anaknya ke guru sekolah anaknya, tentang kondisi dan keadaan anaknya. Orang tua bisa bertanya “anak saya udah makan belum, anak saya tadi jatuh gak, anak saya sekarang lagi lapar gak?

 

Orang tua yang overprotektif ini juga mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya di rumah. Walau usia anaknya sudah beranjak 5 dan 6 tahun yang sudah bisa belajar untuk diberi tanggungjawab.

 

Harusnya anak di suia tersebut sudah belajar untuk membawa piring kotornya ke wastafel di dapur, melihat selimut setelah bangun pagi. Namun semua bisa saja diambil alih oleh orang tuanya atau asistern rumah tangga.

 

Takut anak ketika lari-lari jatuh dan sampai lecet dan melarang untuk lari-lari di rumah supaya tidak terjatuh.

 

Padahal anak-anak mereka tidak sedang berada di pinggir jalan raya, tidak ada genangan air, tidak ada pecahan beling atau jalannya licin.

 

Seandainya pun anak jatuh ketika lari-lari, harusnya orang tua mengingatkan supaya belajar bangun lagi dan main lagi.

 

Kakek dan Nenek yang terbiasa mendidik anak mereka dengan keras pun, bisa overprotektif terhadap cucu mereka. Tanpa disadari mereka pun ikut dalam membentuk cucu mereka menjadi Generasi Stroberi yang lembek dan manja tersebut.

 

Ketiga, mereka cenderung tidak mau bertanggungjawab setelah melakukan kesalahan yang yang sudah jelas mereka perbuat. Mereka cenderung menyalahkan orang lain. Mereka bisa menyalahkan ini dan itu, dan tidak sulit mengakui kesalahannya.

 

Dia cenderung tidak mau menanggung konsekuensi dari kesalahannya atau cenderung lepas dari tanggungjawab. Ini adalah salah satu ciri dari Generasi Stroberi.

 

Anak harusnya bisa melakukan sesuatu, jika terjadi sebuah kesalahan yang ia perbuat, semsal ia lupa membawa tugas atau buku ke sekolah, dan ia tidak harus menyalahkan orang lain, karena ini adalah kesalahan dia.

 

Anak yang punya ciri ini bisa saja berkata ”mama kok gak ingatin sih, makanya saya jadi lupa bawa ini dan itu ke sekolah” Anak merasa marah dan juga merasa sangat layak untuk marah terhadap orang lain.

 

Mereka juga bisa cenderung lempar tanggungjawab dan begitu mudah untuk menyalahkan orang lain, dan bukan melihat mengapa bisa ia melakukan kesalahan tersebut.

 

Jika ini terjadi dalam diri si anak maka orang tua perlu deteksi, apalagi ketika momen di mana ia melempar tanggungjawab kepada orang lain. Orang tua harus belajar “tega” yaitu membiarkan anak konsekuensi dari kesalahannya.

 

Semisal anak lupa membawa sesuatu ke sekolah, orang tua harus tetap mengingatkan si anak untuk tetap pergi ke sekolah dan belajar untuk menyampaikan situasinya kepada gurunya sendiri, tanpa dibantu oleh orang tuanya.

 

Anak pun harus perlu berani untuk belajar meminta maaf, bisa juga minta keringanan hukuman dari guru. Hal-hal tersebut bisa diajarkan kea nak tanpa harus dilakukan oleh orang tua sendiri melainkan si anak tersebut.

 

Orang tua bisa mengajari anak semisal “maaf pak saya tidak bawa bahan pra karya karena saya lupa. Apa boleh saya bawakan besok dan mengerjakan tugasnya di sekolah?

 

Anak perlu belajar menghadapi sendiri konsekuensi atas tindakannya sendiri. Apabila anak sudah melalui proses ini, maka ia akan tidak mudah untuk lupa dan belajar untuk membawa barang-barang yang perlu untuk tugas di sekolah.

 

Memang ini tentu tidaklah mudah, karena biasanya orangtunya tidak mau anaknya menanggung konsekuensi dari kesalahannya sendiri.

 

Orang tua bisa merasa kasihan apabila anaknya bisa saja dapat nilai jelek, dihukum dan sebagainya. Namun anak akan membaca pola ini, apabila ia berbuat salah, dan orang tunya akan bertindak untuk menyelesaikan kesalahan yang dia perbuat.

 

Namun orang tua perlu sadar bahwa anak yang melakukan hal tersebut tidak akan belajar untuk bertanggungjawab. Hal ini bisa berlanjut ketika ia dewasa nanti, saat dia bekerja, berkeluarga, bermasyarakat. Semoga artikel ini bermanfaat, silakan cek artikel-artikel selanjutnya. Salam Parenting.

 

 

Sumber:

Akun Tiktok “Leonny Atmadja

https://www.tiktok.com/@oureverydaythings?_t=8iBxHZJTqAZ&_r=1

 

0 Response to "Generasi Stroberi Adalah Generasi Yang Gampang Menyerah & Lembek?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel