Hindari Pukul Lantai, Saat Anak Terjatuh Nanti Kebiasaan lho
Image: pexels.com/michael-morse |
Pernahkah anda
melihat balita yang jatuh saat bermain, kemudian orang tuanya bertanya, “kamu
jatuh yah nak, sakit yah? Mama pukul lantainya yah! Ini lantainya nakal”.
Ada orang tua tertentu yang anaknya bermain kejeduk, dia malah salahkan temboknya.
Semisal anak tidak
mendapatkan nilai baik di sekolah, orang tua kemudian salahkan guru, teman
kelas, kepala sekolah.
Persoalan
pukul lantai yang dilakukan orang tua atau Oma dan Opa, terlihat sederhana
namun kalau dilakukan terus-menerus dalam keseharian si anak, dampaknya adalah “tanpa
sadar orang tua menanamkan dalam diri si anak satu kebiasaan atau kecenderungan
untuk menyalahkan pihak lain di luar dirinya sendiri.”
Setiap kali si
anak mengalami sesuatu yang negatif atau tidak baik, dia cenderung melihat
dirinya itu sebagai korban.
Semisal anak ingin
menggambar dan hasilnya tidak sebagus yang dia inginkan, dia bisa salahkan hal-hal
di luar dirinya, misalnya “kertasnya jelek, pensil warnanya tumpul, dan guru
gambarnya kurang pintar mengajar dia”.
Kecenderungan
menyalahkan orang lain ini, bisa saja terbawa saat nanti ia sudah dewasa.
Misalnya saja,
saat dia melamar sebuah pekerjaan namun ia tidak diterima, ia bisa salahkan perusahaan,
atau pihak yang mewawancarai dia karena kurang pintar, atau ia bisa saja
salahkan temannya yang mengajaknya main game saat malam sebelumnya.
Dampak lainnya,
anak cenderung tidak evaluasi dirinya sendiri untuk menjadi lebih baik. Dia
tidak belajar dari kegagalan. Tentu hal ini sangat disayangkan, karena bisa menghambat
perkembangan diri.
Si anak merasa
bahwa masalah sesungguhnya itu adalah “hal-hal di luar dirinya (eksternal)”
dan bukan bersumber dari dirinya sendiri.
Dia tidak
melihat bahwa dirinya pun perlu berjalan lebih berhati-hati (kasus anak yang jatuh),
belajar mewarnai lebih rapi (kasus anak yang menggambar).
Anak yang
terjatuh saat bermain, bisa saja karena kehilangan keseimbangan, dan itu
bukanlah sebuah masalah yang serius.
Orang tua
tidak perlu menyalahkan anak apabila ia terjatuh, apalagi kalau anak menangis,
karena itu adalah hal sangat wajar, sebagai respons otomatis dari dirinya.
Kalau anak jatuh,
orang tua bisa saja datang dan bertanya “kamu tidak apa-apa kan nak, yuk
bangun lagi”
Respons orang
tua yang heboh, akan membuat atau menuai respons anak yang heboh pula.
Orang tua bisa
juga memberi nasihat kepada anaknya di kesempatan lain tentang “kejadian jatuh
saat bermain” dengan mengatakan, “kemarin adik jatuh yah, sakit yah,
bagian mana yang sakit?
Biarkan anak
bercerita untuk mengetahui perasaan mereka dan mengajarkan kepada mereka bahwa “rasa
sakit itu normal”.
Namun bukan
berarti orang tua berkata kepada anak yang terjatuh “ah gitu aja sakit! Atau
berkata “jadi anaknya Bunda itu harus kuat, jangan suka nangis dan cengeng”.
Saat mendengarkan
anak bercerita tentang apa yang dia alami, orang tua bisa berkata supaya tetap
bangun lagi kalau semisal terjatuh saat bermain.
Dalam hal ini orang
tua sedang mengajarkan kepada anak “kalau menangis, kaget dan sakit” itu
tidaklah mengapa.
Anak harus
tahu bahwa “emosi yang dirasakan anak, diketahui oleh orang tua” sehingga
kelak kalau anak jatuh lagi, anak merasa tidak perlu nangis dengan sekencang-kencangnya
supaya diperhatikan oleh orang tuanya.
Anak akhirnya
merasa bahwa orang tua mereka tahu dan peduli dan sayang kalau mereka mengalami
hal-hal tersebut.
Nilai yang perlu ditanamkan ialah bertanggungjawab dan tidak mudah untuk menyalahkan orang lain dalam keseharian si anak saat bermain, atau mengalami hal-hal yang kurang baik. Semoga bermanfaat. Salam Parenting.
0 Response to "Hindari Pukul Lantai, Saat Anak Terjatuh Nanti Kebiasaan lho "
Post a Comment