Apakah Anda Orang Tua Yang Menerapkan “Helicopter Parenting”?
Image: pexels.com/gustavo-fring |
Apakah
yang dimaksud Helicopter Parenting?, jangan-jangan anda adalah salah
satunya. Helicopter Parenting ialah Pola asuh yang over protective
(melindungi secara berlebihan). Helicopter Parenting adalah pola asuh di
mana orang tua selalu mengontrol dan ikut campur dalam hidup anaknya.
Orang tua
yang mengontrol hidup anak balita berbeda dengan yang dimaksud dalam hal ini,
dan hal tersebut bisa dipahami, karena memang masih perlu diasuh seperti
demikian.
Helicopter
Parenting
artinya bahwa orang tua terlibat secara berlebihan dalam kehidupan anaknya.
Cenderung mengawasi mengontrol dan terlibat terus dalam segala aspek kehidupan
anaknya.
Semisal
apabila anaknya mengalami sedikit kesulitan, maka orang tuanya langsung campur
tangan (intervensi) dan segera membantu anak keluar dari situasi yang dia
alami.
Hal ini
tentu dilakukan oleh sebagian orang tua, yang anda dan saya bisa saja menemukan
ini di kehidupan sehari-hari. Memang ada beberapa contoh pola asuh semacam ini,
yang masih bisa ditemui di beberapa orang tua.
Biasanya
orang tua yang melakukan pola asuh seperti ini tidak sadar kalau mereka itu over
protective, yaitu berlebihan dalam mengawasi dan mengontrol anaknya.
Para
orang tua juga tidak sadar kalau pola asuh mereka memberi dampak negatif
terhadap anaknya, yaitu apabila mereka nantinya beranjak dewasa.
Bunda dan
Ayah, apakah anda salah satunya yang melakukan pola asuh semacam ini?
Contoh
lain pola asuh yang para orang tua lakukan ialah, untuk membereskan dan
merapikan tempat tidur (kamar tidur) bukanlah anak-anak namun dilakukan terus
oleh orang tua.
Padahal
jika kita melihat usia si anak, dia sudah bisa dan mampu untuk membereskan
kamar tidurnya sendiri.
Contoh
lain ialah apabila anak memiliki konflik dengan temannya, orang tua turun
tangan alias langsung intervensi. Langsung telepon orang tua temannya, langsung
bicara ke teman anaknya atau memarahi teman anaknya.
Padahal
anaknya pada dasarnya bisa belajar untuk negosiasi dan bicara baik-baik kepada
temannya. Bahkan orang tua bisa saja langsung potong kompas untuk berbicara
kepada guru di kelas dan bahkan langsung ke teman si anak.
Sekalipun
si anak sudah SMP dan SMA namun tetap dikontrol oleh orang tuanya baik PRnya
dan tugas-tugas lainnya. Orang tua merasa bahwa mereka yang harus bangunin
mereka ke sekolah dan ke kampus.
Orang tua
berpikir, “kalau saya tidak bangunin, nanti bisa bablas tidurnya, dan bisa
gak bangun, dan tidak mungkin saya biarin anak saya telat ke sekolah”.
Orang tua
yang melakukan pola asuh ini cenderung memutuskan apa yang terbaik bagi
anaknya. Semisal “memilih ekstra, minat dan bakat lainnya” bahkan
memilih sendiri apa yang baik untuk anaknya.
Bahkan
ketika si anak jauh dari orang tua karena urusan sekolah, semisal lagi camping,
“orang tua kirim pesan kepada gurunya, tanya keadaan anaknya apakah baik-baik
saja, minta update foto untuk memantau kondisi si anak dari jauh. Bertanya
apakah sudah tidur siang, bagaimana makannya dsb”.
Pola asuh
ini bahkan bisa terjadi saat si anak sudah beranjak SMA. Mengapa ada orang tua
yang menerapkan pola asuh ini dalam mendidik anak-anak mereka?
Jawabannya
adalah bahwa orang tua sangat sayang terhadap anaknya. Orang tua khawatir dan
takut kalau anaknya nanti akan terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan.
Orang tua
juga khawatir anaknya terpengaruh hal buruk dari lingkungan, sehingga orang tua
bertindak untuk terus mengawasi dan mengontrol.
Orang tua
bisa jadi belajar dari masa lalu mereka di mana zaman dulu para orang tua tidak
mengawasi dan membiarkan anak-anak mereka begitu saja.
Orang tua
bisa membandingkan ketika mereka dulunya tidak pernah dipedulikan semisal
hal-hal yang berurusan dengan sekolah, tugas-tugas dan lainnya.
Hal ini
menyebabkan orang tua menerapkan apa yang mereka anggap kurang dan tidak baik
terhadap anak-anak mereka dalam pola asuh Helicopter Parenting.
Namun
dampak pola asuh in terhadap anak mengakibatkan si anak yang usia pra remaja
dan remaja yang harusnya belajar mandiri pola asu ini membuat orang tua
mengawasi seluruh aspek hidup si anak.
Beberapa dampak negatif pola asuh ini yaitu:
Pertama,
anak cenderung tidak memiliki inisiatif. Karena orang tua yang terlalu
protektif cenderung melarang ini dan itu, tidak boleh ini dan itu.
Sehingga
ketika si anak beranjam dewasa, si anak cenderung tidak melakukan sesuatu kalau
belum disuruh oleh orang tuanya.
Kedua,
anak cenderung kurang percaya diri, takut berbuat salah, karena orang tua
membiasakan untuk mengambil keputusan, sehingga tidak heran apabila si anak
merasa keputusannya salah dan kurang baik dan bisa salah terus.
Inilah
yang menyebabkan keterempilan anak kurang berkembang, karena orang tua yang
selalu melakukan hal-hal yang anaknya harus lakukan seperti memberaskan kamar
tidur, menyiapkan makanan dan sebagainya.
Anak
merasa dia tidak kompeten melakukan hal-hal tersebut karena diambil alih oleh
papa dan mamanya. Efek lain dari pola asuh ini ialah, si anak kuang mampu untuk
mengatasi kesulitan dalam hidupnya.
Si anak
tidaklah selalu bersama orang tuanya yang bisa setiap saat memberi bantuan dan
pertolongan dalam dirinya, sehingga anak tidak bisa mandiri.
Orang tua
pun bisa masuk ke dimensi lain yaitu ketika si anak sudah menikah, karena sudah
terbiasa untuk melakukan hal-hal kecil dalam diri anaknya.
Orang tua
tidak lagi bisa membedakan bahwa anaknya yang sudah menikah, sudah menjadi
istri atau suami orang lain. Hal ini bisa membuat anaknya sedih, terpojok,
terjepit saat orang tua atau mertua adalah sosok Helicopter Parents.
Lantas
apakah yang harus orang tua lakukan? Bila anda sebagai orang tua memahami, maka
anda harus mengubah dan menghindari pola asuh ini terhadap si anak, demi
kebaikannya di masa depan.
Apakah yang harus orang tua lakukan jika mereka merasa khawatir
terhadap anak-anak?
Pertama, saat
anda merasa khawatir tentang keadaan mereka, cobalah menahan diri dulu untuk
tidak bertindak langsung menolong anak atau mengambil keputusan untuk si anak.
Kedua, Kalau
anak tidak sepakat dengan kita karena ia punya pendapat yang lain atau berbeda,
anda tidak boleh menganggapnya sebagai bentuk perlawanan (pemberontakan).
Mereka
bukanlah tidak sopan atau tidak hormat ketika mereka punya hal yang berbeda
dari apa yang orang tua sebutkan atau bicarakan. Adalah sesuatu yang wajar
apabila mereka punya pendapat mereka sendiri bukan?
Ketiga, cobalah
belajar untuk mendengarkan mereka, Cobalah untuk mengajak mereka untuk
berdiskusi dan berbagi tentang pemikiran mereka terhadap sesuatu.
Keempat, Jangan
langsung menolong anak saat dia susah, biarkan dia mencoba terus sekalipun dia
mengalami kesulitan, namun anda perlu memberikan waktu untuk mencoba.
Semisal
ketika anak sulit untuk memakai sepatu, si anak perlu mencoba dulu dan tidak
perlu orang tua terburu-buru untuk mengambil alih. Andaikata si anak tidak tahu
suatu hal, anda perlu menahan untuk tidak secara langsung untuk memberi
jawaban.
Minta
mereka untuk berpikir dulu dan mencari jalan keluar bagi masalah yang sedang
mereka hadapi.
Kelima, Beri
ruang atau kesempatan untuk si anak mencoba sesuatu dengan sendiri (makan
sendiri, bereskan kamar tidur sendiri, masak sendiri, belajar bersabar apabila
prosesnya sedikit lebih lama).
Apakah
anda salah satu orang tua yang menerapkan pola asuh ini? Kalau iya, mari
belajar untuk secara perlahan mengubah pola asuh terhadap anak-anak kita. Salam
Parenting.
Sumber:
Akun
Tiktok “Leonny Atmadja
https://www.tiktok.com/@oureverydaythings?_t=8iBxHZJTqAZ&_r=1
0 Response to " Apakah Anda Orang Tua Yang Menerapkan “Helicopter Parenting”?"
Post a Comment