6 PERBUATAN HARAM BAGI PARA PENGKHOTBAH
Hidup Kristen - Tentu anda sebagai orang Kristen sudah terbiasa
mendengar khotbah. Bagi anda yang sudah melakukan pelayanan ini baik di Ibadah
Minggu, Persekutuan, KKR maupun dalam kebaktian rumah tangga anda perlu membaca
ini. Artikel ini saya buat bahwa ada hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan
dalam berkhotbah. Yuk kita intip satu-persatu yah.
1. TIDAK MENGUASAI TOPIK BACAAN
Sebelum seseorang naik ke
Mimbar sudah pasti dia (baik laki-laki maupun perempuan) tentu sudah punya ayat
atau beberapa ayat yang akan menjadi acuan dalam berkhotbah ataupun membagikan
pesan Tuhan yang anda ingin sampaikan ke umat maupun pendengar anda.
Tahukah
anda bahwa hal yang harus anda kuasai terlebih dahulu ialah “menguasai Topik
Bacaan” Misalkan saja anda ingin berkhotbah dari Mazmur 23 yaki tentang “TUHAN
adalah gembala yang baik”, anda setidaknya sudah membaca teks terseut berulang-ulang.
Adapun manfaat membaca berulang-ulang ialah supaya setidaknya anda sudah tahu cerita dan poin-poin penting yang disampaikan dalam ayat-ayat yang hendak anda ingin sampaikan di depan jemaat.
Coba
bayangkan jika anda menjelaskan cerita atau kisah dari ayat-ayat yang anda
bawakan, namun anda tidak menguasai cerita, tentu akan menganggu bukan? Apalagi
yang paling fatal ialah anda menyebutkan bunyi ayat dengan salah bahkan
terbalik yang ternyata memiliki makna lain.
Tentu
pesan yang ditangkap orang yang mendengar akan terasa asing dan tidak nyaman.
Namun jika anda benar-benar menguasai cerita, tokoh di dalamnya, peristiwa yang
terjadi dalam ayat-ayat tersebut maka penyampaian pun akan terasa lancer dan
lebih mantap. So, ini adalah hal pertama yang haram dilakukan oleh
Pengkhotbah maupun Pendeta.
2. BERPAKAIAN RAPI
Bagi anda yang sudah memiliki
jam terbang yang banyak dalam jenis pelayanan yang satu ini hal penting lainnya
yang anda harus pahami ialah bahwa anda harus selalu “Berpakaian
Rapi”. Haram hukumnya bagi pengkhotbah jika penampilan luarnya tidak
rapi.
Mungkin
anda bertanya dalam hati, “ah, kan Tuhan bukan melihat penampilan luar,
melainkan Tuhan melihat hati” tentu tidak ada yang salah dengan
pernyataan di atas. Namun yang melihat anda adalah orang-orang yang tidak bisa
melihat hati alias melihat penampilan anda apa adanya.
Memang Tuhan menilai hati tapi
bukan manusia. Manusia selalu merekam apa yang mereka lihat dan rasakan ketika
mereka memandang objek tertentu, apalagi anda berkhotbah di depan mereka dengan
durasi lebih dari 30 menit. Bukankah waktu tersebut sudah cukup untuk mengamati
gerakan dan penamplan anda bukan?
Apa
yang saya maksudkan dengan berpakaian rapi ialah bukan soal merk pakaian,
sepatu, dasi, kemeja dan sapu tangan anda. Bukan soal mode rambut dan fashion anda.
Tidak ada yang tahu harga pakaian anda kecuali istri anda dan juga pemilik toko
di mana anda membelinya.
Dengan anda berpakaian rapi anda sudah membantu orang lain untuk memiliki pandangan nyaman dan tidak menganggu konsentrasi mereka ketika anda sedang berkhotbah.
Anda
sudah membantu pendengar anda dengan anda menjaga penampilan luar tetap ‘ok’ sehingga
pendengar anda nyaman dengan anda. Tidak kebayang jika dasi anda kependekan
maupun kepanjangan, mungkin membuat beberapa jemaat akan mengamati dasi anda dan
mungkin tertawa bahkan tersenyum.
LIHAT JUGA : Bolehkah pindah-pindah Gereja?
Apalagi kalua warna dasi dan kemaja anda tidak ‘cocok’, maka hal tersebut juga sebenarnya sudah mengganggu.
Kita
harus berpikir positif bahwa penampilan kita juga adalah untuk dilihat oleh
orang lain. Tidak kebayang jika restleting celana anda kebuka maupun turun,
bukan hanya anda sendiri saja yang malu, istri anda ataupun anak anda bahkan
pendeta yang mengundang anda pun jadi ikut malu melihatnya.
So, sebelum anda naik ke
mimbar, pastikan dulu untuk merapikan penampulan luar anda mulai dari ujuang
kepala hingga ujung kaki. Pasti deh akan terasa nyaman dan yakin bahkan akan
memberi kesan indah ketika melihat anda mondar mandir ketika anda berkhotbah di
depan orang banyak.
3.DURASI ANDA BERKHOTBAH
Hal ketiga yang haram untuk dilakukan oleh anda sebagai pengkhotbah adalah “durasi/waktu” anda berkhotbah. Bagi beberapa orang yang tidak setuju durasi khotbah diatur, mereka seringkali berkata bahwa “Roh Kudus” jangan dibatasi. Seolah-olah statement ini adalah jawaban yang tepat.
Sebenarnya
bukan Roh Kudus yang berbicara kepada umat maupun kepara para pendengar anda
melainkan andalah yang berbicara kepada mereka. Banyak gereja-gereja sekarang
yang sudah membatasi waktu khotbah.
Tentu
hal ini sangat bisa dipahami bahwa dalam Ibadah tentu sudah diatur dengan baik
dari awal hingga usainya ibadah, yang di dalamnya juga termasuk durasi ketika
anda berkhotbah. Oleh sebab itu saran saya, anda harus selalu bertanya kepada
yang mengundang anda berapa lama durasi maksimal anda harus berkhotbah.
Jika
anda berkhotbah dengan durasi satu jam setengah, padahal para pengkhotbah
sebelum anda selalu berkhotbah di bawah satu jam, maka anda sedang membuat
aturan baru, yang bisa saja berimpak bahwa anda tidak akan diundang lagi.
Namun
poin saya ialah bukan soal anda tidak diundang ataupun diundang lagi. Durasi
berkhotbah yang terlalu panjang juga akan melelahkan pendengar anda, dan
membuat konsentrasi sudah tidak fokus.
Memang
ada jemaat yang sudah terbiasa dengan khotbah yang durasi yang panjang, namun ini
adalah disiplin anda sebagai seorang pengkhotbah. Ingatlah bahwa anda sedang
berpacu dengan waktu ketika anda berkhotbah, untuk menyampaikan pesan Allah
dengan tegas, lancer dan dipahami sehingga menjadi berkat bagi orang lain.
Jangan
ada lagi statement yang kurang cocok lagi menurut saya yaitu “Jangan batasi
kuasa Roh Kudus”. Poin pentingnya ialah bahwa Roh Kudus juga setuju anda
melakukan hal yang tertib dan teratur terutama dalam hal berkhotbah.
Coba
bayangkan jika satu Gereja terdapat 4 atau 5 sesi dalam ibadah Minggu, jika
anda tetap bersikukuh mempertahankan prinsip anda, tentu akan menganggu jam
ibadah sesi selanjutnya, maka anda sudah tidak menjadi berkat sebelum anda naik
ke mimbar selanjutnya. Coba pikirkanlah jika anda yang berkhotbah di 5 sesi
tersebut, maka anda pun akan merasakan sendiri betapa pentingnya menjaga durasi
dalam berkhotbah.
LIHAT JUGA : Istri Pendeta tidak boleh jadi Bendahara Gereja
4. MENJELEK-JELEKKAN ORANG LAIN
Nah,
mungkin anda bertanya “lho, memang
menjelekkan orang lain kan gak boleh” nah, berarti anda orangnya sudah
cepat ‘tanggap’ he.eee
Pengkhotbah
tidak boleh melakukan ini di atas di mimbar, karena akan membawa aib bagi
pendengar anda dan bagi diri anda sendiri.
Kalau anda ingin mengomentari sesuatu yang mungkin penting dan itu adalah aib orang lain, anda harus meramunya dengan baik, tanpa menyebut merk, instansi tertentu, nama pihak tertentu, karena ketika anda melakukan hal tersebut anda sedang melibatkan orang lain di dalam apa yang anda lakukan.
Jika ada
hamba Tuhan yang melakukan dosa, maupun kesalahan yang tampaknya membuat resah
publik, anda juga tidak boleh menyebut nama dengan lantang. Namun anda dapat
membahasakannya dengan berkata “ada hamba Tuhan yang jatuh dalam dosa (tanpa
menebut nama)” atau “ada seseorang yang berbuat salah (tanpa anda menyebut nama
yang bersangkutan)
5.MEMUJI DIRI SENDIRI
Mungkin
anda berpikir, mana ada orang yang memuji dirinya sendiri dalam berkhotbah, apa
yang saya tuliskan ini adalah sebagai pengingat. Memuji Diri Sendiri adalah hal
kelima yang haram dilakukan oleh pengkhotbah. Jika anda ingin menyampaikan jasa
anda atau keberhasilan hingga kesuksesan anda dalam sebuah kegiatan atau dalam
beberapa hal.
Maka
anda tidak boleh “jika
bukan karna saya dia pasti gagal” atau anda berkata “coba jika seandainya saya
tidak tolong” seolah-olah anda menyesal membantu maupun memberi
pertolongan kepada orang yang anda sedang bicarakan.
Seolah-olah anda juga membatasi Tuhan dalam bekerja, tidak semua hal berhasil karena jerih lelah kita, Tuhan bisa mamakai siapa saja termasuk anda. Kendatipun anda kecewa, anda tidak boleh sampaikan di ruang/konteks ketika anda sedang berkhotbah.
Ingatlah,
bahwa kekecewaan anda tidak ada hubungannya dengan pendengar anda yang sedang
mendengar Firman Tuhan yang anda sampaikan.
6. JANGAN TERLALU BANYAK AYAT
Hal
keenam yang haram yang dilakukan oleh pengkhotbah ialah berkhotbah dengan
mengutip ayat-ayat konkordansi. Misalkan anda berkhotbah dengan memerikan topik
“kasih”, maka anda melihat di konkordansi semua ayat-ayat yang berhubungan
dengan ‘kasih” yang berjumlah puluhan bahkan ratusan.
Ketika
anda sudah di mimbar anda mengeluarkan semua ayat-ayat yang ada dalam
konkordansi tersebut. Sehingga anda tidak sempat menjelaskan apa makna kasih
dalam satu atau dua ayat yang anda bawakan. Namun anda ingin membacakan
ayat-ayat yang berhubungan dengan kata “kasih”. Hal tersebut akan menimbulkan
kebosanan dalam jemaat dan terkesan tidak persiapan, hanya mengandalkan
banyaknya ayat.
Pengkhotbah
punya tugas utama yakni menyampaikan kebenaran Firman Tuhan kepada umat,
menjelaskan hingga menguraikan maksud satu ayat bahkan beberapa ayat, bukan
malah membagi banyak ayat hingga ratusan ayat-ayat yang tanpa penjelasan yang
cukup.
Ingat,
bahwa kita harus memastikan jemaat pulang dengan membawa pesan Allah dalam hati
mereka ketika mereka pulang. Misalnya, ada orang berkata kepada seseorang “tadi khotbahnya apa
yang di gereja tadi?” dia menjawab “pengkhotbahnya,
menjelaskan tentang kasih” tapi tanpa mampu memberi penjelasan
tambahan kepada orang yang sedang bertanya tersebut.
Demikianlah
hal-hal yang haram yang dilakukan oleh para pengkhotbah ketika mereka
menunaikan tugas tersebut.
0 Response to " 6 PERBUATAN HARAM BAGI PARA PENGKHOTBAH"
Post a Comment