ISTRI GEMBALA JADI "BENDAHARA" BOLEHKAH?



BENDAHARA - Setiap gereja tentu memiliki sejumlah uang kas, entahkah persembahan jemaat setiap ibadah (minggu maupun ibadah lainnya), namun uang kas adalah hal penting dalam sebuah gereja demi kelangsungan pelayanan tersebut.

Di dalam pembagian tugas-tugas gereja, tentu melibatkan jemaat adalah langkah yang baik. Selain jemaat dididik untuk melayani di rumah Tuhan, juga jemaat dapat semakin bertumbuh dewasa dan bertanggungjawab dalam kepercayaan yang diperoleh.

Di dalam satu gereja kecil maupun besar, tentu berbeda pemasukan dan pengeluaran. Pemasukan gereja di desa dengan jumlah jemaat di bawah 20 orang, tentu berbeda dengan jemaat di kota yang memiliki jemaat ribuan.


Selain ditinjau dari perekonomian jemaat desa dan kota yang sangat jauh berbeda, tentu faktor pengeluaran juga sangat berbeda jauh.

Kalau di desa, gereja mungkin saja hanya memakai kipas angin, gedung gereja yang tidak terlalu besar. Sedangkan di kota, jika jumlah jemaat ratusan bahkan mencapai ribuan, dengan gedung yang besar, maka otomatis pengeluaran pun akan mengikuti.
Tentu ada biaya listrik, Air, dan kebutuhan pengurus gereja dan kebutuhan lainnya. Namun pertanyaan yang mungkin menggelitik ialah, bolehkah istri Gembala setempat (pendeta) menjabat sebagai bendahara gereja tersebut?

Kalau anda setuju bahwa hal tersebut bukanlah menjadi sebuah masalah, maka artikel ini akan cukup sampai di sini.

Namun saya ingin membahas bahwa akan ada risiko jika bendahara gereja adalah istri sang Gembala (Pendeta). Ada beberapa alasan mengapa sebaiknya bendahara gereja dipegang oleh orang lain yang bukan istri maupun keluarga dekat dari Pendeta tersebut.



1.MENGHINDARKAN DIRI DARI BERBAGAI TUDUHAN


Di dunia sekuler, khususnya perkantoran tentu anda sudah tahu, bahwa banyak perusahaan yang  tidak mengizinkan jika suami dan istri berada dalam satu divisi (departemen).

Misalnya si istri seorang bendahara dan si suami menjabat sebagai Marketing di perusahaan tersebut. Maka akan sangat dengan mudah jika keduanya bisa terlibat akan tindakan-tindakan yang menguntungkan diri sendiri dan merugikan perusahaan.



LIHAT JUGA : 6 Perbuatan Haram Bagi Para Pengkhotbah


Dengan kata lain bisa saja mereka melakukan korupsi soal uang, berkas-berkas penting lainnya. Perusahaan lebih memilih menerapkan peraturan larangan di atas daripada merugi.

Namun rata-rata perusahaan memberlakukan peraturan demikian walau suami dan istri berada dalam beda divisi dalam sebuah perusahaan.

Apa yang penting kita ketahui bahwa sangatlah penting untuk menghindari tuduhan maupun kecaman orang mengenai kita (Gembala/Pendeta).

Jika syarat yang ditetapkan bagi seorang pemimpin Gereja sedemikian ketat di dalam 1 Timotius 3, salah satu dari kualifikasi yang terdapat dalam daftar tersebut ialah "bukan hamba uang". Ini merupakan hal penting untuk diperhatikan sekaligus menjadi 'warning' siapapun dia jika seseorang adalah calon penatua atau gembala dalam sebuah gereja. 



2.PENTINGNYA ASPEK KETERBUKAAN BAGI JEMAAT


Zaman sekarang tentu tidaklah asing lagi jika terjadi korupsi Dan penggelapan uang bahkan barang hingga harta gereja. 

Walau akar masalahnya bukan terletak pada istri Pendeta yang menjabat sebagai bendahara, namun terjadinya korupsi di rumah Tuhan, adalah merupakan hal yang cukup memalukan bahkan memilukan anggota gereja.

Bagaimana tidak, persembahan jemaat yang harusnya untuk pelayanan dan pengembagan gereja namun dialihkan untuk kepentingan pribadi semata dan kepuasan duniawi.

Jika istri gembala yang memegang kendali uang di gereja, maka akan sangat dengan mudah suami dan keluarga memiliki akses langsung untuk mengotak-atik keuangan gereja.

Inti yang ingin saya sampaikan ialah bahwa bagi jemaat, aspek keterbukaan sangatlah Penting. Bahkan di salah satu gereja yang saya kenal, jumlah pemasukan dan pengeluaran untuk kebutuhan gereja selalu disampaikan di depan jemaat, di akhir Ibadah minggu.



LIHAT JUGA : 5 Kesalahan Worship Leader Dalam Gereja


Tentu Pendeta tersebut memaksudkan untuk setiap anggota gereja mengetahui pergumulan gereja dan yang memiliki sangkut paut dengan dana.

Bahkan jika rapat-rapat terjadi di antara pengurus gereja, sangatlah penting untuk selalu bersikap independen dan tidak memihak.

Namun pandangan itu sudah berubah jika Pendeta & istri gembala sudah memiliki satu tujuan tentang keputusan apa yang akan diambil jika berkaitan dengan dana.

Bagi jemaat awam, serasa tidak ada ruang keterbukaan dan musyawarah yang ideal tentang pengambilan keputusan. Serasa pikiran kita sudah berasumsi bahwa suami istri (gembala) sudah sepakat dan forum diskusi hanya sebuah formalitas saja.

Keterbukaan bagi jemaat sangatlah Penting, sehingga rasa saling percaya antara jemaat dan Pendeta terjaga. Jangan karena niat ingin menjadikan istri menjadi bendahara, hingga membuat masalah di masa yang akan datang.



3. BENDAHARA IDEALNYA ADALAH JEMAAT YANG KOMPETEN



Jika seandainya yang memegang jabatan bendahara adalah jemaat, maka pihak Pendeta & Istri Pendeta juga akan memiliki rasa tanggungjawab sehingga tidak semena-mena dalam menggunakan  kas gereja.

Selain itu komunikasi antara jemaat dan Pendeta pun semakin baik, karena segala keperluan gereja, berupa pengeluaran, pemasukan, selalu diketahui oleh bendahara dan Pendeta.

Bendahara yang baik adalah bendahara yang kompeten di bidangnya. Komptensi dalam mengelola keuangan dan menjaganya dengan baik adalah bendahara yang diinginkan oleh semua pihak.

Jika bendahara tidak kompeten, maka akan banyak masalah yang timbul dan yang pasti merugikan gereja juga. Tentu kas gereja perlu penanganam yang baik sehingga kas gereja terkelola dengan baik pula.

Jika misalkan terjadi kesalahan maupun masalah dalam hal keuangan gereja (dalam hal ini kas gereja), maka pihak Pendeta Dan keluarga terhindar dari masalah tersebut, sehingga nama baik Pendeta sebagai Pemimpin gereja tetap terjaga. 

Sebaliknya jika istri Pendeta yang terlibat dalam masalah tersebut, maka Pendeta pun bisa ikut terseret arus masalah dan bisa menjalar ke banyak perkara.


LIHAT JUGA : Bolehkah Pindah-Pindah Gereja?

Pendeta bisa kehilangan kepercayaan jemaat, Pendeta bisa dicap mata duitan, Pendeta bisa terjebak dalam hal korupsi dan sebagainya. Untuk menghindari semua ini, jalan yang terbaik ialah memercayakan jabatan pemegang uang kas gereja kepada salah satu jemaat yang memang dapat dipercaya oleh Pendeta dan jemaat.

Jika 1 Timotius 6:10 memperingatkan setiap orang percaya mengenai cinta akan uang, betapa pemimpin Gereja harus ekstra hati-hati mengurusi persoalan uang. Ayat ini memberikan gambaran jelas korban yang sudah berjatuhan dengan istilah “beberapa orang telah menyimpang”, artinya ada sejumlah besar orang yang terperosok jatuh ke dalam jebakan ini.

Sangat bijaksana sekali, jika Pendeta belajar memercayai jemaat sebagai orang yang dipimpinnya dengan memberi tugas dan tanggungjawab untuk mengelola uang kas gereja. memang gereja memiliki ketentuan sendiri tentang persyaratan untuk mengangkat atau memilih siap pantas untuk memegang jabatan bendahara. 

Namun sekompeten apapun istri gembala, dan sehebat apapun dia, adalah lebih baik jika dia mendukung pelayanan suami dan mendukung para pelayan Tuhan dalam gereja tersebut ketimbang menjadi seorang bendahara. Demikian artikel ini, semoga bermanfaat. Tuhan memberkati. amin



0 Response to "ISTRI GEMBALA JADI "BENDAHARA" BOLEHKAH?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel