APAKAH ANAK PENDETA HARUS JADI PENDETA?
ANAK PENDETA HARUS JADI PENDETA?
HIDUP KRISTEN.COM - Dari sekian banyak pendeta, tentu anda
pasti tahu bahwa ada beberapa di antaranya yang jadi pendeta juga. Walau tidak
selamanya anak pendeta menjadi pendeta (hamba Tuhan) namun sebagian pendeta
boleh jadi menginginkan anak kelak akan mengikuti jejak sang Ayah.
Namun haruskah anak Pendeta tersebut harus
jadi pendeta? Bagaimana kalau ternyata dia lebih memilih jalan lain dan memimpikan untuk menjadi
pengusaha atau cita-cita yang lain? Apakah salah atau sebaliknya jemaat juga
menginginkan hal tersebut? Ada beberapa hal yang kita pahami dalam hal ini.
1.MENJADI HAMBA TUHAN ADALAH SEBUAH PANGGILAN
Memang Pendeta adalah jabatan (gelar) yang
diperoleh seseorang dari Sinode di mana dia menjadi anggota di dalamnya
(terdaftar). Tidak semua hamba Tuhan adalah Pendeta, karena untuk menjadi
pendeta itu adalah pemberian Sinode atau Gereja lokal. Misalnya saja nabi,
rasul, penginjil dan pengkhotbah, mereka adalah hamba Tuhan.
Namun penting untuk kita ketahui bersama,
bahwa tidak ada seorangpun hamba Tuhan di dalam Alkitab yang lepas dari sebuah ‘panggilan’.
Entahkah itu rasul, nabi, murid mereka semua memiliki panggilan, atau dapat
dikatakan bahwa merea tidak merencanakannya namun karena ‘terpanggil’ jadi hamba
Tuhan.
Siapapun bisa terpanggil menjadi hamba
Tuhan, tentu seseorang harus terlebih dahulu percaya dan menerima Kristus.
Misalnya rasul Paulus, yang sebelumnya adalah seorang yang membenci murid Yesus dan menentangnya, namun Allah memanggilnya untuk menjadi alatnya (baca kisah para rasul pasal 9:1-18).
Misalnya rasul Paulus, yang sebelumnya adalah seorang yang membenci murid Yesus dan menentangnya, namun Allah memanggilnya untuk menjadi alatnya (baca kisah para rasul pasal 9:1-18).
Allah mengutus Paulus untuk memberitakan
Injil (Kis. 22:21). Paulus mengafirmasi panggilannya lagi, bahwa dia harus taat
kepada panggilan tersebut (Kis. 26:19)
Kita tahu bahwa sebelum panggilan itu datang
kepada seseorang dan setelah panggilan itu datang, kita melihat perbedaan yang
menyolok. Oleh sebab itu, ‘panggilan’ bukan soal mau dan tidak mau. Namun soal ‘ada’
atau’ tidak’.
Panggilan itu akan menjadi dasar penting bagi seseorang dalam melangkah di jalan yang belum pernah dia tempuh dan tantangan yang belum pernah dia hadapi.
LIHAT JUGA : Istri Pendeta tidak boleh jadi Bendahara Gereja
Panggilan itu akan menjadi dasar penting bagi seseorang dalam melangkah di jalan yang belum pernah dia tempuh dan tantangan yang belum pernah dia hadapi.
Menurut, saya untuk menjadi Pendeta pun
harus memiliki ‘panggilan’ yang jelas. Panggilan itu harus menggemba di dalam
hati dan di dalam jiwa. Panggilan bukan merupakan paksaan dari luar, namun
panggilan diiikuti dengan ketulusan hati dan ketaatan.
2.MENJADI DIRI SENDIRI JAUH LEBIH BAIK
Walau seandainya orang tua berpesan kepada
anaknya untuk menjadi pengganti atau penerusnya di kala usia senja ataupun
dalam kondisi yang saat sudah tidak mampu lagi dalam melakukan tugas-tugas,
namun kita harus tetap memiliki prinsip.
Menjadi hamba Tuhan hanya karena
menuruti perkataan mendiang ayah maupun ibu ataupun menuruti nasihat atau masukan
mereka, bukanlah sebuah prinsip yang sejati.
Hal tersebut adalah ‘menyenangkan manusia’
yakni menyenangkan hati orang tua dan melakuka apa yang mereka harapkan, dan
bukan apa yang Tuhan inginkan dalam hidup anda. Kita tidak boleh memaksakan
kehendak (bagi orang tua) dan mengalah kepada ucapan (bagi seorang anak). Namun
harus ‘menjadi diri sendiri’.
Jika memang si anak punya keinginan yang
lain, dan tidak ingin melanjutkan pelayanan orang tua, anda tidak perlu merasa
bersalah. Anda patut merasa bersalah jika anda melakukannya demi mereka. Tuhan
memakai seseorang bukan saja hanya dengan status Pendeta.
Pelayanan Yesus didukung bukan saja oleh
murid-muridNya, namun oleh perempuan-perempuan yang memiliki hati melayani
(Lukas 8:3). Mereka tidak harus menjadi pendeta dan orang penting yang selalu
tampil di depa orang banyak.
LIHAT JUGA : Bolehkah pindah-pindah Gereja?
Ingatlah bahwa anda (anak Pendeta) tetap
punya jiwa sebagai hamba Tuhan, yakni melayani Dia dengan jabatan yang anda
punya selain menjadi Pendeta. Kalaupun anda menjadi Pendeta menggantikan orang
tua, satu hal yang anda harus yakni bahwa ‘pastikan anda terpanggil untuk hal
tersebut.
Pastikan bahwa anda siap mengabdi jika
memang benar-benar terpanggil. Pastikan anda tidak akan meninggalkan jemaat
jika ada masalah dan tantangan yang akan menghadang di depan. Yakinkan dirimu
bahwa pilihanmu adalah berdasar atas ‘panggilan Tuhan’. Oleh sebab itu ‘jadilah
dirimu sendiri’.
Anda akan merasa tenang dan tidak ada beban
mental dan moral jika anda benar-benar memiliki panggilan yang jelas. So, be your self!
3 SIAP MENGHADAPI TANTANGAN BERAT
Sepintas memang tidak terasa apa-apa
mendengar kata ‘tantangan’. Namun tahukah anda bahwa tugas seorang Pendeta itu
bukan saja berdiri di mimbar dan berbicara setiap minggu. 24 jam waktunya
Pendeta adalah bagi Tuhan. Apa maksudnya?
Apakah Pendeta tidak boleh tamasya dan
menyenangkan diri? Saya tidak bermaksud seperti itu, namun tugas dan
tanggungjawab seorang pendeta adalah sangat penting dan teramat penting.
Pendeta mengurusi seorang mulai dari bayi
hingga orang tersebut meniggal. Seorang pendeta kadang harus mendoakan orang
yang melahirkan, harus mendoakan orang sakit, mendoakan orang yang berulang
tahun, mendoakan dan melayani di dalam gereja. Pendeta juga terkadang harus
siaga ketika pada saat malam hari, manakala ada jemaat yang perlu pertolongan.
Mungkin anda berpikir, masa sih ada hamba
Tuhan seperti itu? Mungkin bayangan anda adalah pendeta besat dan di kota. Coba
anda perhatikan pendeta di Desa dan yang memiliki jemaat puluhan bukan ratusan
bahkan ribuan.
LIHAT JUGA : Orang Kristen Harus Kaya, Benarkah?
Pendeta ini sangat mengenal setiap
jemaatnya dengan baik, mengenal anggota keluarganya, mengenal pekerjaannya,
mengenal gaji mereka. Pendeta juga terkadang menjadi tempat curahan hati segala
keluh kesah jemaat.
Apakah anda (anak pendeta) siap dengan
semua ini? Sekali lagi saya ingin menekankan bahwa jika bukan karena ‘panggilan’
akan sangat banyak kesulitan yang akan anda hadapi. Bukan maksud saya, bahwa
kalau anda ‘terpanggil’ maka tidak ada kesulitan, namun hati anda tidak akan
mampu untuk menghadapi semua itu.
Siap menghadapi segala tantangan di depan
adalah risiko dari ‘panggilan’ yang kelak akan anda pikul dalam pelayanan dan
dalam tugas serta tanggungjawab anda sebagai Pendeta. Saya akan membahas topik
artiel ini, apakah anak pendeta harus jadi pendeta? Maka jawabannya sudah jelas
yakni tidak harus!
Anda (anak pendeta) tidak harus tersandera
dan merasa tidak bisa berbuat apa-apa karena harus menuruti perkataan orang
tua. Anda harus lebih menuruti Tuhan (baik anak dan pendeta dan orang tua).
Orang
tua juga tidak boleh memaksakan keinginannya kepada si anak. Jika si anak tidak
terpanggil, maka artinya anda harus mencari dan mendoakan siapa kelak yang akan
meneruskan pelayanan anda.
Anda (pendeta) harus mencari orang yang
tepat untuk menggantikan anda. Anda harus mempersiakan dia dan belajar untuk
lebih mendengarkan suara Tuhan yang ditekankan dalam hati anda. Semoga artikel
ini bermanfaat bagi anda para pendeta yang punya anak dan bagi anda anak
pendeta yang memiliki pesan-pesan khusus dari orang tua anda. Tuhan memberkati.
harus untuk mempertahangkan
ReplyDelete